Pameran Foto Anggrek Jenis Baru “The Autopsy of Papua Orchids” oleh Fotografer dan Jurnalis Senior

Kridaning Jatmiko
Pameran foto anggrek asal papua. Foto : Istimewa.

KEDIRI, iNewsTuban.id - Pameran foto anggrek asal Papua oleh jurnalis dan peneliti muda digelar di Kota Kediri, Jawa Timur.

Sedikitnya ada 25 foto anggrek yang dipamerkan, 7 diantaranya merupakan jenis anggrek asal papua yang baru di temukan dan belum mempunyai nama.

Bertempat di Caffe Station Kota Kediri, Jawa Timur sebanyak 25 karya foto anggrek asal papua di pamerkan. Foto-foto ini diambil di Pegunungan Arfak Papua Barat yang didanai oleh Pulitzer Center selama 12 hari perjalanan. 

Penelitian anggrek di Pegunungan Arfak ini dilakukan oleh Yuda Rehata Yudistira, seorang fotografer alam dan taksonom.

Ketertarikannya pada anggrek membawanya menjadi orchidologist (peneliti anggrek), bersama dengan Titik Kartitiani seorang jurnalis senior dan penulis buku dengan tema lingkungan, flora fauna, keragaman hayati, budaya serta tim perintis majalah Flona (flora fauna).

Dalam perjalanannya mereka menemukan sedikitnya 7 jenis baru anggrek yang belum pernah di temukan, bahkan belum mempunyai nama.

Saat ini ketujuh anggrek tersebut masih dalam penelitian.

Yuda Rehata Yudistrira mengatakan, pameran dan penelitian ini penting untuk ilmu pengetahuan serta mendata keaneagaraman hayati di Papua.

Dalam waktu dekat Yuda juga akan melakukan penelitian di Nusa Tenggara Timur.

Pegunungan Arfak di ketinggian lebih dari 2000 mdpl memberi keragaman anggrek yang sangat tinggi. Banyak anggrek yang saya temukan di sana dan baru pertama kali saya lihat. Meski sudah banyak para taksonom yang ke sana sejak abad ke-19, namun saya yakin masih banyak jenis baru yang menunggu kita temukan,” kata Yuda.

Sementara itu, menurut Titik, kerja-kerja para taksonom dan penemuan mereka hendaknya bisa “dibumikan” dengan bahasa awam sehingga semua orang bisa membaca.

Sudah banyak publikasi jurnal taksonom Indonesia menemukan anggrek jenis baru, namun pembacanya hanya kalangan terbatas.

“Saya berharap, akan lebih banyak temen-temen jurnalis yang bisa berkolaborasi dengan para peneliti. Selain kita bisa belajar langsung di lapang, kita juga bisa menjadi jembatan informasi untuk publik dengan bahasa populer. Harapannya, makin banyak pembaca mengenal keragaman hayati, makin sadar dengan konservasi hutan hujan di  Indonesia,” kata Titik.

Karya ilmiah pemuda yang tinggal di Sumedang ini telah dipublikasikan di sejumlah jurnal internasional.

Editor : Prayudianto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network