TUBAN, iNewsTuban.id - Melambungnya harga kedelai impor membuat perajin tempe tradisional di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, resah. Untuk menghindari kerugian, mereka terpaksa harus memperkecil ukuran dan mengurangi produksi hingga 20 persen. Mereka takut menaikan harga jual, karena khawatir ditinggal pelanggan.
Perajin tempe tradisional di Kelurahan Sukolilo, Kabupaten Tuban, berusaha tetap bertahan. Mereka masih memproduksi tempe untuk menjaga hubungan dengan para pelanggan. Namun melambungnya harga kedelai impor, mulai membuat para pelaku usaha kecil ini resah.
Sebagai bahan baku pembuatan tempe, kedelai impor kini nyaris menembus Rp 13.000 per-kilogram. Padahal pada kondisi normal, harga kedelai impor hanya dijual antara Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per-kilogram.
Mahalnya harga kedelai impor memaksa perajin tempe tradisional memperkecil ukuran tempe hingga 20 persen. Bbahkan produksi harian yang biasanya mencapai 1 kuintal per-hari, kini dikurangi menjadi 70 kilogram per-hari.
Keputusan ini diambil, agar usaha tetap bertahan dan menjaga hubungan dengan pelanggan, tanpa merugi. Sebab, jika harus menaikan harga, maka resikonya lebih berat yaitu ditinggal para pelanggan.
“untuk mensiasati tempenya dikecilkan ukurannya, gak bisa menaikan harga. produksinya mulai agustus kemarin dikurangi,” ujar Purwanti, perajin tempe tradisional.
Perajin tempe berharap harga kedelai bisa turun ke harga normal. Kondisi ini jika dibiarkan berlarut-larut, maka perajin tempe tradisional terancam gulung tikar.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait