Sarjana Teknik Mitra Binaan Pertamina EP, Sukses Budidaya Maggot, Raup Cuan Jutaan Rupiah

Pipiet Wibawanto
Agung Dwi Pratama saat menjadi Lokal Hero dalam Media Gathering yang diselenggarakan Pertamina EP di salah hotel di Bandung, Jawa barat.

BANDUNG, iNewsTuban.id - Bagi sebagian orang mungkin sampah bisa jadi barang yang menjijikkan, namun tidak dengan Agung Dwi Pratama, warga Sulawesi Tengah ini. Di tangan Agug, sampah organik dari warga dijadikan pakan utama maggot, yang mampu meraup cuan jutaan rupiah.

 

Melihat koloni belatung, mungkin bagi sebagian orang menjijikkan. Namun siapa sangka larva atau maggot dari lalat Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam ini, bisa mendatangkan cuan yang menggiurkan.

 

Seperti yang dilakukan Agung Dwi Pratama, warga Desa Tolisu, Kecamatan Toili Jaya, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Sedangkan Farm budidaya Maggot BSF milik Agung berada di Desa Sentral Timur, Kecamatan Toili.

 

 

Pada awalnya tak terbersit oleh Agung akan membudidayakan maggot, namun dengan memanfaatkan lahan kosong di dekat area tempat tinggal, untuk tempat budidaya maggot yang ternyata justru mendatangkan pundi-pundi rupiah.
 
Setiap harinya, alumni Fakultas Teknik Universitas Tadulako ini rutin ke tempat perkembang biakan lalat untuk mengecek serta memanen telur-telur lalat tersebut.

 

Setelah memastikan serta melakukan panen telur, kemudian bergegas menuju tempat budidaya, untuk memberikan makan maggot-maggot siap panen menggunakan sisa-sisa sampah organic yang ia kumpulkan bersama 15 teman-temannya yang ikut mengelola BSF Gen Toili tersebut.

 

Budidaya maggot ini diawali dengan panen telur, kemudian ditetaskan selama empat hari, setelah berumur satu pekan atau tujuh hari, maggot dipindahkan ke petak- petak tempat perkembang biakan.

 

Dalam proses ini maggot  diberi makan susu fermentasi agar cepat terurai, setelah berumur 20 hari maggot dewasa siap dipanen. Selain maggot, budidaya ini bisa menghasilkan bekas maggot, telur lalat BSF Pre Pupa dan Pupa.

 

“konsep integrated farming dimulai sejak tahun 2018, maggot BSF memiliki potensial yang sangat besar sehingga perlu tim untuk support,” ujar Agung saat memaparkan programnya tersebut dalam Media Gathering, Energizing Media Inspiring Change, di Four Point Bandung, Jawa Barat

 

Agung menambahkan, bahwa Toili merupakan sebuah dataran istimewa salah satu perkembangan ekonominya ditopng oleh sector pertanian dan peternakan, sehingga menjadikan Toili sebagai lumbung pangan Sulawesi Tengah.

 

Tantangan yang dihadapi Agung adalah bahwa saat ini masih banyaknya isu kesejahteraan di kalangan petani dan peternak, sedangkan Dataran Toili belum memiliki TPA sehingga masih minim kesadaran masyarakat terhadap pengolahan sampah.

 

Saat ini BSF Gen Toili sudah bekerjasama dengan Duta Digital Banggai dalam program smart village. Agung juga sering mengadakan workshop dan pelatihan budidaya maggot BSF. 

 

BSF Gen Toili juga melakukan edukasi pengenalan dan pengolahan limbah organic kepada pelajar dan masyarakat. Ia juga terus menggerakkan peran wanita dalam mencari penghasilan tambahan dari pekarangan rumah.

 

 

Menariknya, BSF Gen Toili sudah teritegrasi dengan usaha turunan pertanian dan peternakan, seperti peternakan ayam kampong, peternakan burung puyuh, budidaya ikan nila dan lele, budidaya lobster air tawar, hortikultura dan palawija. 

 

“saat ini prosuksi telur BSF di farm kami sekitar 300 gram/ hari, yang berarti membutuhkan sampah sekitar 1 ton/ hari untuk pembesaran maggot BSF, yang kemudian akan menghasilkan biomasa berkisar 400-500 kilogram maggot perhari,” imbuh putra pasangan transmigran asal Bojonegoro dan Ciamis ini.

 

Maggot BSF memiliki potensi dan serapan pasar yang cukup luas, karena memiliki banyak produk turunan yang bisa dihasilkan mulai dari energy, pangan dan kesehatan.

 

 

Sedangkan domestic growth BSF Gen Toili meliputi fresh maggot BSF untuk peternakan ungags dan ikan, maggot booster, feed suplemen untuk hewan hobi, maggoganic, pupuk organic untuk lahan hortikultura.
 
“maggot sendiri disini dibandrol dengan harga Rp 10.000 per satu kilogram, kalau dibandingkan dengan harga pakan ayam pabrikan 12 -13 ribu rupiah/ kilogram, sedangkan pakan ikan pabrikan saat ini 18 ribu rupiah/kilogran untuk wilayah Banggai Sulteng,” ungkapnya.

 

Dari budidaya ini, Agung mampu menghasilkan jutaan rupiah setiap bulannya. Untuk teknik penjualan sendiri, Agung memanfaatkan sosmed sehingga bisa menjangkau seluruh indonesia.

 

BSF Gen Toili bersama Pertamina EP dan Duta Digital Kabupaten Banggai sedang mengembangkan program BU MAGGI “Budidaya Maggot Toili” berbasis masyarakat. 

 

BU MAGGI mengajak masyarakat untuk menciptakan lingkungan sehat berkelanjutan melalui budidaya Maggot BSF. Semakin benyak notice tentang Maggot BSF maka akan semakin cepat terciptanya pola Circular Economy.

 

BSF Gen Toili berharap dapat menjadi industri pakan ternak alternatif di wilayah Banggai dan menjadi salah satu industri nasional yang mendukung terciptanya ekonomi sirkular berbasis masyarakat serta mendukung lingkungan sehat berkelanjutan.

 



Editor : Prayudianto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network