SUBANG, iNewsTuban.id - Pertamina EP Subang Field sebagai bagian dari Pertamina Subholding Upstream Regional 2 Zona 7 memiliki beberapa wilayah Stasiun Pengumpulan (SP), salah satunya SP Subang. SP Subang merupakan penghasil gas terbesar di Jawa Barat dengan produksi 86 standar kaki kubik gas bumi per hari (MMSCFD).
Di balik angka besar ini, ada kerja keras para perwira yang berdedikasi penuh dalam menjaga kelancaran operasional, salah satunya Didit Ramadany, seorang Senior Supervisor yang telah mengabdi selama 17 tahun di Pertamina.
Didit Ramadany memulai kariernya di Pertamina pada 2007 dan sejak itu telah berkeliling dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Dalam 17 tahun masa kerjanya, Didit telah mengalami banyak perubahan dan tantangan.
"Saya dari awal masuk 2007 sampai sekarang itu sekitar 17 tahun. Empat kali pindah, alhamdulillah waktu saya penempatan pertama itu di Kaltim itu keluarga saya bawa karena jauh. Di Kaltim Saya pindah dua kali dari Sangatta habis itu Semberah, setelah itu saya pindah ke Kalsel di Pertamina EP Tanjung, di situ saya hampir 3,5 tahun. Setelah itu baru pindah lagi ke Pertamina EP Subang," cerita Didit kepada iNews.id, Senin (7/10/2024).
Dia mengungkapkan, pekerjaannya di bagian Production Operation menuntut untuk selalu waspada dan bekerja dengan disiplin tinggi.
"Kita itu di fungsi production operation, jadi yang menerima semua produksi liquid dari sumur. Jadi suka dukanya ya kita beroperasi 24 jam, kita harus menjaga keberlanjutan produksi sumur kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," ucapnya.
Gas dari SP Subang disalurkan ke industri-industri di Jawa Barat serta ke PLN untuk pembangkit listrik. Sementara minyak bumi yang diproduksi dikirim ke Balongan untuk diolah menjadi bahan bakar.
Bekerja di area yang bertekanan tinggi dan mudah terbakar memerlukan penerapan protokol keselamatan yang ketat. Didit sangat menekankan pentingnya safety dalam setiap langkah operasional.
"Kita ini kan bekerja di area yang bertekanan, terus mudah terbakar dan dampaknya ketika kita teledor atau tidak memenuhi safety itu dampaknya itu akan luar biasa, di samping fatality untuk meninggalnya pekerjanya, habis itu fasilitas pasti akan berdampak makanya kenapa kita safety itu sangat diterapkan di area kita," ucapnya.
Dia mencontohkan kecil tentang penggunaan pakaian overall atau pakaian kerja yang dirancang khusus. "Contohnya kenapa sih kita pakai baju kerja itu nyambung gini, itu tujuannya ketika terjadi apa-apa dan kita harus dievakuasi kita itu nariknya sekali tarik langsung dapat. Jadi kalau dengan overall ini itu akan tertarik semua," katanya.
Selain itu, helm merupakan perlengkapan wajib lainnya. "Kenapa harus pakai helm, untuk menghindari drop objek itu kan bisa terjadi di mana aja. Tubuh manusia itu enggak ada sparepartnya, makanya itu harus dilindungi," ucapnya.
Meskipun pekerjaan ini penuh dengan tantangan, Didit merasa semuanya bisa diatasi dengan baik berkat manajemen yang sudah termonitor dengan sistematis.
"Kesulitannya tidak ada karena semuanya itu udah termanage dengan baik, jadi sistemnya itu memang sudah diberikan pelatihan operator gitu jadi semuanya terkondisikan dengan baik," katanya.
Namun, Dia mengakui bahwa ada momen-momen ketika tantangan tiba-tiba muncul, seperti overpressureatau produksi air yang berlebih. "Walaupun setiap pekerjaan itu pasti ada saja nanti muncul overpressor atau muncul produksi yang berlebih airnya ya itu sebagai tantangan," katanya.
Sebagai Senior Supervisor, dia memahami betul bagaimana peran vital gas dan minyak bumi bagi kebutuhan energi di Indonesia.
"Kayak gasnya ini kita salurkan ke gas Jawa Barat itu diserap oleh industri-industri, ada juga kita diserap oleh PLN untuk pembangkit listriknya, begitu juga dengan minyaknya kita kirim ke balongan untuk diolah menjadi bahan baku untuk BBM," katanya.
Pada kesempatan itu, dia juga menjelaskan, keberlanjutan produksi gas dan minyak sangat penting, mengingat ketergantungan industri dan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar fosil masih sangat tinggi.
"Tugas kami adalah memastikan produksi berjalan lancar, agar kebutuhan dalam negeri terus terpenuhi. Ini adalah tugas yang berat, tapi kami jalankan dengan sepenuh hati," katanya.
Walaupun bekerja di lapangan dengan jadwal yang padat, Didit tetap berusaha untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Istrinya yang berasal dari Bandung, tinggal di kota tersebut, sehingga setiap akhir pekan Didit pulang pergi ke Bandung untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
"Keluarga kebetulan istri orang Bandung jadi istri saya pulangkan ke Bandung saya Sabtu Minggu weekend PP Pak ke Bandung," ucapnya.
Dia merasakan betul dukungan penuh dari keluarganya, terutama sang istri, yang menurutnya selalu menjadi pendorong utama dalam menjalankan tugas sehari-hari di lapangan.
"Keluarga memberikan kekuatan tersendiri. Meskipun saya sering berada jauh dari mereka, saya selalu merasa dekat berkat dukungan yang tak pernah putus," katanya.
Didit Ramadany merupakan potret nyata dari dedikasi para perwira di Pertamina EP Subang Field. Mereka bekerja di balik layar, memastikan pasokan energi untuk negeri ini tetap terjaga dengan aman dan berkelanjutan.
Dengan pengalaman lebih dari satu dekade, Didit telah melewati berbagai dinamika dan tantangan di industri migas, namun tetap berpegang teguh pada prinsip keselamatan dan keberlanjutan.
Di tengah perkembangan energi yang semakin menuntut efisiensi dan keandalan, peran perwira seperti Didit semakin krusial. Mereka adalah garda terdepan dalam memastikan energi yang dihasilkan tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga diproduksi dengan aman dan sesuai standar internasional.
Dengan semangat seperti yang dimiliki Didit Ramadany, masa depan Pertamina EP Subang Field dan industri migas Indonesia terlihat cerah. Keberlanjutan pasokan energi nasional adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi para perwira di lapangan, yang selalu siap bekerja di bawah tekanan, mengatasi tantangan, dan memberikan yang terbaik untuk negeri.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait