Mpu Nambi tercatat sebagai mahapatih pertama di Kerajaan Majapahit. Sosoknya memang begitu dekat dengan Raden Wijaya, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit. Mpu Nambi telah lama bersahabat dengan Raden Wijaya, saat masih di Kerajaan Singasari, yang menjadi trah Wangsa Rajasa.
Tapi sepeninggal Raden Wijaya, Mpu Nambi yang masih menjadi mahapatih harus dihadapkan bermusuhan dengan Jayanagara, raja kedua Majapahit. Kedua pejabat tinggi di pemerintahan Majapahit itu saling curiga dan mengalami perang dingin, hingga mempengaruhi jalannya pemerintahan.
Apalagi saat itu Jayanagara memang masih cukup stabil emosinya, karena naik tahta sebagai raja dalam usia yang muda. Raja Majapahit kedua yang bergelar Sri Sundarapadnyadewadhiswarana Maharajabhiseka Wikramottunggadewa ini naik tahta di usai kurang lebih 15 tahun. Di usia tersebut tentulah secara kejiwaan dan emosional masih belum memiliki emosi yang matang dan tidak terkontrol.
Dikutip dari "Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru", semasa Jayanagara berthada muncul pertentangan antara Wangsa Rajasa dari trah Raden Wijaya, dengan pendukung setia Jayanagara. Alhasil di internal istana kerajaan muncul konflik yang tak terelakkan.
Suasana ketidaknyamanan antara raja dan patihnya dan di antara keduanya memang mempunyai hubungan yang kurang baik. Saat itu memang Jayanagara muncul sebagai pewaris tahta dari Wangsa Sinelir. Sementara Mpu Nambi merupakan kubu yang pendukung Wangsa Rajasa, beranggapan bahwa Gayatri putri keempat Kertanegara yang seharusnya menjadi raja Majapahit.
Di tengah hubungan yang renggang antara Jayanagara dengan Mpu Nambi ada satu tokoh yang kian memperumit hubungan keduanya. Dia adalah Mahapati, yang sosoknya sudah muncul pada saat Mpu Sora sedang terbelit kasus pembunuhan Kebo Anabrang.
Akan tetapi dari perilaku politik, tokoh Mahapati ini selalu bertentangan dan menjatuhkan tokoh-tokoh yang setia dengan Wangsa Rajasa. Dikarenakan ibunda Jayanagara yang dekat dengan Wangsa Sinelir, bisa jadi sosok Mahapati ini juga merupakan penasihat utama wangsa ini. Sosoknya mulai dipercaya oleh Jayanagara dalam menjalankan pemerintahan.
Bisa dikatakan Mahapati ini merupakan jabatan pelaksana pemerintahan yang dipegang oleh Mpu Nambi. Hal ini pula yang membuat Mahapati mulai mengincar jabatan mahapatih Majapahit, yang berimbas pada ketidaknyamanan Mpu Nambi yang masih resmi menjabatnya.
Di sisi lain, Jayanagara juga terpengaruh oleh skema hasutan Mahapati. Jayanagara yang sudah terlanjur terbawa emosi, mulai memalingkan mukanya dari pembantu utamanya di istana.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait