TUBAN, iNewsTuban.id - Viralnya isu dugaan makam palsu di kompleks Makam Ssunan Bonang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mengundang banyak tanda Tanya. Salah satu ahli waris makam di ring satu akhirnya angkat bicara untuk meluruskan informasi yang menjadi polemik.
Polemik dugaan makam palsu di kompleks Makam Sunan Bonang, Tuban, Jawa Timur, viral di media sosial dan membuat resah sebagian peziarah.
Makam Sunan Bonang telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya peringkat nasional berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sejak 22 juni 2010.
Artinya, situs Makam Sunan Bonang ini memiliki nilai sejarah, budaya, sekaligus spiritual yang dilindungi dan dilestarikan.
Banyaknya batu nisan yang terlihat baru di area ring satu, memicu spekulasi bahwa ada dugaan makam palsu di lokasi cagar budaya ini.
Kondisi tersebut mendorong sejumlah peziarah untuk langsung memastikan kebenaran di lapangan.
Salah satunya adalah Sudiyono (40) asal Demak, Jawa Tengah. Ia mengaku khawatir dan berharap yayasan atau pihak berwenang memberikan klarifikasi resmi agar suasana kembali tenang.
“ya, ini 'kan saya tahunya 'kan dari youtube, mas ya? viral itu, pak, ya? ada tulisan baru-baru itu 'kan sengaja mumpung saya ziarah ke makam sunan bonang ya saya pastikan saya lihat. kalau ternyata kok yang di youtube 'pak ya ada seperti ini. iya, ngeceknya di berita di youtube saya kebetulan ziarah di sini, tak lihat. 'oh, benar sih, ternyata 'kok ada tulisan-tulisan ini gitu ya, tanggapannya kalau memang, apa namanya? ini aslinya kalau memang seperti itu, karena cagar budaya ya dari pemerintah atau dari yang berwenang, ataupun dari pengurus yayasan sini 'kan bisa mengklarifikasi kebenarannya gitu, mas. karena kami sebagai warga, warga pribumi juga turut prihatin dengan adanya dugaan kejadian, dugaan apa gimana seperti ini, ada permasalahan seperti ini,” ujar Sudiyono, peziarah dari Demak.
Menyikapi viralnya isu ini, salah satu ahli waris makam yang berada di ring satu komplek Makam Sunan Bonang, Aagil Bunumay, menjelaskan bahwa nisan-nisan tersebut bukanlah baru di buat, melainkan hasil renovasi yang dilakukan pada tahun antara tahun 2010-2011.
Sehingga atas persetujuan ahli waris, yayasan dan pihak pihak terkait, nisan nisan yang tidak termasuk dalam cagar budaya diubah menjadi marmer baru.
“di sini kok banyak makam, maaf ya, keturunan arab. ini sekarang beliau-beliau ini tinggalnya di kutorjo. di kutorjo ya mayoritas, apa namanya, keturunan arab di kutorjo 90% lebih. nah kalau meninggal ke mana? ya dikubur di sini lah. dikubur di sini, mulai zaman dulu. nah, kita enggak tahu persis yang di bawah tahun 2000 sekian saya enggak tahu. yang di atas saya insyaallah banyak yang saya tahu. renovasi di tahun 2011 itu berarti sudah mendapatkan izin dari oh ya, sudah. itu sudah dikasih pemberitahuan, sudah dapat penjelasan yang bisa di ini. jadi bisa kayak gini, ini ada ketentuannya. jadi, bukan atas inisiatif yayasan tok, gak bisa. harus ada persetujuan, karena ini cagar budaya. 2011 itu ada renovasi. nah setelah renovasi itu istilahnya yang ring satu itu yang makam itu sudah enggak dibuat pemakaman lagi ya? sudah enggak boleh lagi. sudah tidak ya berarti ya? tidak, tidak. tidak ada berarti ya? gak ada, kok ada yang orang tiba-tiba nggak bisa. kan nyongkelin apa nanti, keramiknya. itu jadi dibikin keramik atau dicukup, ini untuk kenyamanan orang ziarah,” ungkap Agil Bunumaay, ahli waris.
Sebagai informasi, setelah di tetapkan sebagai cagar budaya, area makam yang berada di ring 1 sudah tidak diperbolehkan di gunakan untuk pemakaman umum.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait