Logo Network
Network

Kisah Gajah Mada Pimpin Pasukan Bhayangkara Menumpas Pemberontakan dan Selamatkan Raja

Nanang Sobirin
.
Senin, 25 Juli 2022 | 10:41 WIB
Kisah Gajah Mada Pimpin Pasukan Bhayangkara Menumpas Pemberontakan dan Selamatkan Raja
Patih Gajah Mana memimpin pasukan Bhayangkara yang bertugas memastikan keselamatan raja Majapahit. Foto : Ilustrasi. Ist.

JAKARTA, iNewsTuban.id - Majapahit sebagai kerajaan besar di Nusantara tak lepas dari ancaman pemberontakan. Salah satunya pemberontakan Ra Kuti yang terjadi tahun 1319.

Pemberontakan itu dipimpin oleh Ra Kuti, salah seorang Dharmaputra. Peristiwa ini berlangsung saat Majapahit dipimpin Prabu Jayanegara.

Jabatan Dharmaputra diketahui dari naskah Pararaton namun tidak diketahui dengan pasti apa tugas dan wewenang Dharmaputra. Pararaton hanya menyebutkan para Dharmaputra disebut sebagai pengalasan wineh suka yang artinya "pegawai istimewa yang disayangi raja".

Mereka diangkat oleh Raden Wijaya dan tidak diketahui lagi keberadaannya setelah tahun 1328. Dr Purwadi dalam buku Sejarah Raja-Raja Jawa (Penerbit Media Abadi, 2007) menulis di antara sejumlah Dharmaputra, Ra Kuti terlihat paling unggul.

Ra Kuti selalu berusaha untuk mendapatkan kepercayaan raja serta selalu berusaha dekat dengan raja. Ternyata, Ra Kuti punya misi khusus. Dia sangat ingin membunuh raja karena telah menjadi penyebab meninggalnya sang istri dan merusak rumah tangganya.

Untuk memuluskan niatnya, Ra Kuti membentuk barisan bawah tanah guna membunuh Sang Prabu Jayanegara. Di satu malam, Ra Kuti dan teman-temannya memaksa masuk istana. Para senopati perang yang sedang tidur pulas banyak yang menjadi korban keganasan pedang Ra Kuti dan teman-temannya.

Tetapi, niat Ra Kuti membunuh Jayanegara tidak kesampaian. Sebab, Jayanegara yang sedang tidur pulas diangkat dan dibawa lari mengungsi oleh Gajah Mada.

Kala itu, Gajah Mada yang menjadi komandan pasukan khusus Bhayangkara, dikisahkan didukung 15 prajurit pengawal raja yang masih setia.

Pasukan Bhayangkara merupakan penjaga keamanan raja yang terdiri atas orang-orang sakti dan setia yang terpilih. Anggota Bhayangkara dipilih melalui seleksi ketat.

Jayanegara dibawa ke Desa Bedander (ada juga yang menulisnya Desa Badander). Singkat cerita, di tempat persembunyian, tepatnya di rumah Buyut Bedander, seorang pengalasan atau pesuruh meminta pamit hendak ke Majapahit.

Karena curiga orang tersebut merupakan antek Ra Kuti, Gajah Mada membunuh orang tersebut. Bagi Gajah Mada, keamanan persembunyian Prabu Jayanegara harus dijaga serapi dan serapat mungkin.

Pada hari kelima, Gajah Mada meminta izin kepada Prabu Jayanegara untuk memantau perkembangan Ibu Kota Majapahit. Setiba di Majapahit, Gajah Mada menemui para menteri dan prajurit. Para menteri dan prajurit bertanya tentang keselamatan Prabu Jayanegara.

Awalnya, Gajah Mada berbohong. Dia mengatakan Sang Prabu Jayanegara telah tewas dibunuh kawan-kawan Ra Kuti. Mendengar hal itu, para menteri dan prajurit terlihat sangat berduka cita.

Melihat reaksi para menteri dan prajurit, Gajah Mada merasakan ada darah kesetiaan yang mengalir pada para menteri tersebut. Karena itu, Gajah Mada menceritakan hal sebenarnya, Sang Prabu Jayanegara masih sehat dan segar bugar.

Gajah Mada lalu meminta perlindungan kepada para menteri itu untuk menumpas Ra Kuti dan bawahannya. Tidak berapa lama, Ra Kuti dan pasukannya berhasil disingkirkan oleh pasukan Bhayangkara dan para prajurit Majapahit yang setia di bawah pimpinan Gajah Mada.

Ra Kuti tewas, Majapahit bisa dikuasai lagi. Setelah Majapahit aman, Prabu Jayanegara pun diboyong kembali ke istana.

 

Editor : Prayudianto

Follow Berita iNews Tuban di Google News

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.