TUBAN, iNewsTuban.id - Ratusan warga di Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, memiliki tradisi unik. Tradisi itu bernama Ciblon. Demi merawat budaya Ciblon tersebut, Pemerintah Desa Prunggahan Wetan menggelar acara dengan tajuk Festival Ciblon, di Kali Gunting yang tak jauh dari Makam Dandang Wacono, makam Bupati Tuban Pertama.
Ciblon merupakan permainan musik dengan memukulkan telapak tangan ke dalam air, sehingga timbul suara yang unik dengan suara ketepuk ketepuk air.
Permainan ini biasa dilakukan warga di zaman dahulu, saat mandi di sungai secara beramai ramai, karena di jaman dahulu memang rata-rata warga tidak memiliki kamar mandi dan kalau mandi selalu di sungai desa setempat.
Sedikitnya 28 kelompok peserta, ikut meramaikan Festival Ciblon di Kali Gunting, Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
Satu kelompok berisi empat hingga lima orang, yang memiliki peran memainkan bunyi dan irama tersendiri. Seperti bunyi dung, pek, blung, tek dan juga sambil menembangkan lagu-lagu Jawa.
Peserta Festival Ciblon ini dari warga sekitar Kecamatan Semanding, seperti Desa Prunggahan Wetan, Prunggahan Kulon, Bektiharjo, Semanding, Penambangan hingga Desa Ngino.
Kepala Desa Prunggahan Wetan, Hari Winarko menyebutkan, Festival Ciblon ini menjadi rangkaian dari Dandang Wacono Festival, sekaligus memperingati Hari Jadi Tuban ke-730.
Sehingga festival ini juga dilakukan guna mengenalkan kepada generasi milenial saat ini, terhadap tradisi Ciblon tersebut yang berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata, Disbudporapar Kabupaten Tuban.
Menurut Hari Winarko, Ciblon merupakan musik air yang menjadi tradisi orang dahulu saat mandi di sungai. Permainan ini sangat popular saat itu.
Semua warga, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, keasyikan menonton Festival Ciblon, yang rata-rata mereka sudah tidak mengenalnya itu.
Sesekali terdengar gelak tawa penonton, saat pemain musik Ciblon terdengar tidak kompak dan alunan musiknya terasa tidak selaras antara pemain satu dengan yang lainnya. Maklum karena kekompakan dalam bermain air ini, menjadi salah satu penilaian dalam Festival Ciblon ini.
Selain mendendangkan nada yang dihasilkan dari deburan air yang dipukul-pukul dengan menggunakan telapak tangan, mereka juga menembangkan syair-syair lagu Jawa.
Dulu, saat akan mandi di sungai, karena belum memiliki kamar mandi, warga pasti bermain musik Ciblon. Hal itu ternyata sudah menjadi warisan dari leluhur warga desa dulu.
Karena warga belum memiliki kamar mandi, praktis warga mandinya bareng-bareng di sungai dan saking gembiranya, sampai muncul suara-suara unik, yang dihasilkan dari dentuman air sungai.
“dulu kan nggak ada kamar mandi, warga kalau mandi beramai ramai di sungai, lalu memainkan musik dengan menepuk telapak tangan ke air, dinamakan Ciblon,” ujar Hari Winarko, Kepala Desa Prunggahan Wetan.
Hari berharap, agar kegiatan nguri-uri budaya seperti itu bisa terus dikembangkan. Tujuannya agar generasi penerus nantinya bisa mengetahui dan mengenal budaya-budaya yang dilakukan oleh para leluhur atau nenek moyangnya pada zaman dahulu.
Selain itu, Hari juga mengatakan, tujuan lain dari Festival Ciblon ini adalah untuk menjaga lingkungan sungai. Sebab akhir-akhir ini sungai digunakan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat.
Pasca lomba Ciblon, warga kemudian asyik melakukan mbeso, atau menari tayub, kesenian tradisional Langen Tayub, yang juga merupakan peninggalan leluhur Jawa.
Editor : Prayudianto