TUBAN, iNewsTuban.id - Tuban memiliki banyak cerita dan bermacam tradisi, begitu juga tradisi yang dipertahankan turun-temurun hingga saat ini. Di Desa Ngino, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, salah satunya ritual Kupatan Sapi atau ulang tahun sapi masih tetap lestari hingga saat ini. Kupatan Sapi merupakan wujud syukur serta rasa terima kasih kepada hewan peliharan, yang telah diajak bekerja membajak sawah, saat musim tanam datang atau selesai panen.
Masyarakat Desa Ngino, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, melestarikan tradisi yang sudah turun-temurun. Tuban sendiri memiliki bermacam-macam tradisi, seperti Kupatan Sapi yang setiap tahun dilaksanakan setiap kali musim tanam tiba atau setelah musim panen. Kali ini Kupatan Sapi digelar di salah satu lokasi wisata alam, yaitu wisat Sendang Asmoro.
Masyarakat setempat sangat antusias menyambut tradisi yang tiap tahun sekali di gelar ini, guna melestarikannya.
Kupatan Sapi dimulai dari halaman balai desa setempat, kemudian sapi-sapi ini diarak mengelilingi desa, diiringi tarian adat, serta warga desa yang membawa tumpeng, sapi, kupat, tumpengan dan gunungan yang berisi sayur-sayuran.
Sesampainya di halaman lokasi wisata Sendang Asmoro, sapi-sapi ditata guna dilakukan prosesi siraman, serta pengalungan kupat ke leher sapi. Proses pengalungan kupatpun diawali dengan doa-doa dan ucapan syukur.
“iya acara kupatan sapi, iya tiap tahun saya tiap tahun ya ikut, tadi saya dapat jagung, Alhamdulillah,” ungkap Tiara, pengunjung asal Lamongan.
Setelah siraman serta pengalungan kupat pada leher sapi selesai, dilanjutkan dengan grebeg gunungan, yang berisi sayur-sayuran untuk warga pendatang dan warga sekitar. Grebeg gunungan kurang dari lima menit ludes tak tersisakan.
“kegiatan kirab budaya dalam rangka kupatan sapi, kupatan sapi itu adalah bentuk apresiasi atau ucapan terima kasih untuk rojo koyo yang sudah di ajak bersama-sama membajak sawah, ini kita berikan apresiasi dalam bentuk di kupati atau kupatan sapi,” kata Wawan Hariyadi, Kepala Desa Ngino.
Dalam pelaksanaan ritual Kupatan Sapi ini, selain ketupat, warga juga kerap menggunakan nasi punar atau kuning, untuk kupatan sapi. Harapannya dengan membuat nasi kuning, maka akan lebih banyak kemakmuran, kesejahteraan dan kekayaan.
Kupatan Sapi ini digelar sebagai rasa ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah, serta sapi-sapi para petani sebagai rojo koyo yang selain bisa diajak bekerja, juga sebagai bentuk hewan peliharaan yang selalu mendatangkan rejeki bagi pemiliknya.
Editor : Prayudianto