TUBAN, iNewsTuban.id - Tiga emak-emak asal Kabupaten Tuban, Jawa Timur, tetap setia dengan membuat Gula Jawa dari bahan dasar legen buah siwalan, dengan cara tradisional. Ketiga emak-emak ini tetap bertahan dengan membuat Gula Jawa dari legen, meski digerus arus modernisasi dan makanan yang serba instan.
Meski hasilnya tak seberapa, namun emak-emak ini tetap melestarikan proses pembuatan Gula Jawa secara tradisional, yang telah diwariskan oleh leluhurnya turun temurun. Penasaran bagaiman cara membuatnya..? Ini dia liputannya untuk anda.
Inilah Yunita, Suparmi dan Kartini, warga Dusun Widengan, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, saat memulai memasak Gula Jawa, atau gula tradisional yang berbahan baku dasar legen, dari buah siwalan asli.
Membuat Gula Jawa dari legen siwalan ini, merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan oleh leluhur atau nenek moyang di kampung tersebut.
Meski saat ini banyak dibanjirI produk makanan instan yang serba cepat saji, namun ketiga emak-emak ini dengan sabar dan telaten, tetap menekuni profesi sebagai pengrajin Gula Jawa dari buah siwalan, yang keberadaannya sangat langka sekali.
Tak banyak pengrajin gula jawa saat ini, di kampung Widengan ini, tiga serangkai emak-emak ini yang masih mempertahankan proses pembuatan Gula Jawa dari legen, dengan cara tradisional. Hal tersebut dilakukan juga sekaligus sebagai upaya nguri-uri atau melestarikan tradisi budaya membuat Gula Jawa dari siwalan.
Langkah pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan Gula Jawa ini adalah, bahan baku legen asli dimasak dalam tungku kayu bakar. Proses memasak bahan baku legen ini memakan waktu hingga lima jam lebih, dari legen yang berwarna bening bisa berubah warna hingga merah kecoklat-coklatan.
Setelah legen berubah warna, barulah bahan baku tersebut dituangkan ke dalam ngaron, atau wadah yang terbuat dari tanah liat. Proses memasak tersebut dilakukan secara tradisional pula, yakni dimasak dengan menggunakan kayu bakar, agar aroma khas Gula Jawa Siwalan yang gurih tersesbut tidak hilang.
Agar saat mendidih airnya tak tumpah, maka bahan baku tersebut dimasukkanlah kelapa parut, agar air yang mendidih kembali tenang sembari tetap terus diaduk hingga berubah warga menjadi merah kecoklat-coklatan.
Bahan baku adonan yang sudah jadi juroh, dan sudah dimasukkan ngaron tadi, kemudian di keblok atau yang biasa disebut dengan proses ngeblok, atau sebuah proses agar juroh bisa lebih kental dan mudah padat, terutama saat juroh sudah dimasukkan cetakan.
Setelah proses ngeblok, juroh yang sudah kental ini kemudian dituang ke dalam cetakan yang terbuat dari daun lontar. Setelah beberapa menit, cetakan adonan juroh tersebut kering, dan mengeras, lalu cetakan dilepaskan.
Setelah itu, Gula Jawa berbentuk bulat ini, kemudian di kemas, dimana kemasan produk Gula Jawa juga berbahan baku alami atau tradisional. Kemasan Gula Jawa ini lagi-lagi tak meninggalkan dari pohon siwalan.
Daun siwalan atau yang biasa disebut dengan lontar itu, dibentuk sedemikian rupa agar jadi kemasan alami Gula Jawa. Sebelum dikemas dalam daun lontar, Gula Jawa ini juga dibungkus dulu dengan daun pisang yang sudah dikeringkan, sehingga kemasan alami ini juga terkesan sangat rapi.
Perkilogram Gula Jawa legen siwalan Cap Ngaron produksi Yunita, Suparmi dan Kartini ini, dijual dengan harga Rp. 40.000 kemasan daun lontar. Sedangkan untuk kemasan biasa, perkilogramnya dijual Rp. 35.000.
Yunita menjual Gula Jawa Cap Ngaron ini di toko oleh-oleh di Kabupaten Tuban. Sementara pembelinya adalah para pengunjung dari luar kota dan juga wisatawan dari luar kota.
Sementara untuk marketingnya, perempuan 36 tahun ini mempromosikan lewat media sosial, seperti whatsap, instagram dan juga facebook.
“ini buat gula dari lontar, gula dari pohon siwalan, dari legen itu direbus sampek berubah warna kecoklatan terus direbus lagi baru dibuat adonan gula,” ujar Yunita, pengrajin Gula Jawa kepada awak media.
Yunita tidak setiap hari memasak Gula Jawa dari legen buah pohon siwalan ini, akan tetapi Yunita memasak lima hari sekali, pasalnya tidak setiap hari ia mendapatkan legen yang berkualitas.
Sebab tidak semua legen yang disadap bisa dibuat bahan baku Gula Jawa. Namun legen yang berkualitas dan berwarna bening saja yang bisa dimasak jadi Gula Jawa.
“proses merebus kurang lebih lima jam jadi merah, kemudian dicetak pakai daun lontar, memasak pakai kayu bakar biar aromanya ada rasa gurih, dijual ke toko oleh oleh yang beli dari luar kota, wisatawan,” imbuhnya.
Legen yang dibuat bahan baku Gula Jawa, diambil langsung oleh Kambar, orang tua Yunita. Setelah terkumpul banyak, barulah Yunita dan dua emak-emak lainnya ini memasak legen untuk Gula Jawa, selama seharian penuh.
Dalam sehari, Yunita hanya mampu membuat sepuluh kilogram Gula Jawa. Sepuluh kilogram Gula Jawa itu, dibuat dari bahan baku 100 liter legen.
“perkilo empat puluh ribu kalau kemasan lontar, kalau kemasan biasa tiga puluh lima ribu rupiah, bahan dasarnya dari legen alami dari buah siwalan, ini bisa untuk gula siwalan, untuk bikin jenang siwalan, bikin kue, juruh es dawet, sehari menghasilkan sepuluh kilo, sepuluh liter legen bisa jadi satu kilogram gula, masaknya lima hari sekali,’ pungkasnya.
Penasaran bagaimana rasanya Gula Jawa dari legen buah siwalan..? Silahkan bila berkunjung ke Tuban, mampir dan membeli oleh oleh khas Tuban berupa Gula Jawa Cap Ngaron, yang terbuat dari legen buah siwalan.
Editor : Prayudianto