get app
inews
Aa Text
Read Next : Batik Gedog Tuban Dikemas Jadi Wisata Edukasi Keluarga Saat Liburan

Bak Negeri Dongeng Dipeluk Kabut, ini Pesona Gunung Lumut di Timur Belitung

Kamis, 24 Juli 2025 | 09:52 WIB
header img
Pesona Gunung Lumut (Foto: Dimas Andhika Fikri)

BELITUNG, iNewsTuban.id - Gunung Lumut, yang terletak di Desa Limbongan, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, adalah sebuah keajaiban alam di sisi timur Pulau Belitung yang belum banyak tersentuh. Kawasan ini menyajikan suasana magis yang seolah mengajak pengunjung melangkah ke dimensi lain yang hening, hijau, dan memukau.

Meski secara teknis lebih tepat disebut bukit karena ketinggiannya hanya sekitar 173 meter di atas permukaan laut, pengalaman yang ditawarkan Gunung Lumut jauh melampaui ekspektasi. Dari Tanjung Pandan, hanya butuh sekitar 1,5 jam atau menempuh 85 km perjalanan darat menuju kawasan ini.

Petualangan dimulai sejak di perjalanan, di mana pengunjung akan melewati panorama kebun lada, hamparan sawit, dan deretan rumah kayu khas kampung Melayu yang memanjakan mata. Begitu tiba di kaki bukit, suasana langsung berubah: udara sejuk, suara dedaunan yang bersahutan, dan kelembapan khas hutan tropis menyambut dengan hangat.

Trek menuju puncak bisa ditempuh dalam waktu 30–45 menit, tergantung cuaca dan ritme langkah. Sepanjang jalur, hampir semua permukaan—tanah, bebatuan, hingga batang pohon diselimuti lumut hijau tebal bak permadani zamrud. Inilah pesona sejati Gunung Lumut.

Pesona Gunung Lumut, Negeri Dongeng di Timur Belitung yang Dipeluk Kabut

Kabut tipis yang menggantung di antara pepohonan menciptakan atmosfer mistis, seolah memindahkan kita ke dunia fantasi. Tak heran jika banyak yang menyamakannya dengan suasana di film The Lord of The Rings.

“Waktu terbaik untuk tracking di sini memang pada saat musim hujan. Tampilan lumutnya lebih segar dan lebih hijau. Kalau datangnya habis hujan, kabut-kabut juga masuk dalam sela pepohonan. Itu sebabnya banyak yang bilang Gunung Lumut ini seperti negeri dongeng,” ujar Kristianto Putra, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lindong Lumut kepada iNews beberapa waktu lalu. 

Lebih dari sekadar trekking, Gunung Lumut menyimpan kekayaan biodiversitas yang luar biasa. Sepanjang jalur, wisatawan dapat menjumpai berbagai jenis lumut seperti lumut daun, lumut hati, hingga lumut tanduk, bersanding indah dengan flora khas seperti anggrek bulan, kantong semar, pohon simpor, dan jamur pelawan yang bisa dikonsumsi.

Sisi fauna tak kalah unik—mulai dari tarsius, tokek endemik yang dijuluki Tokek Ahok, burung Rui yang dilindungi, hingga kelelawar yang dijuluki warga sebagai “vampir palsu”. Tak ketinggalan, kupu-kupu, kancil, hingga kijang liar turut memperkaya kehidupan liar di hutan ini.

 


Pesona Gunung Lumut

 

Puncak Gunung Lumut menawarkan gardu pandang sederhana, namun strategis. Dari sini, mata dapat menyapu lanskap desa dan hamparan hutan yang berselimut kabut—spot favorit para fotografer yang ingin menangkap keindahan alami tanpa sentuhan artifisial.

Sejak 2021, kawasan ini resmi menjadi bagian dari Geopark Belitong yang diakui UNESCO. Pengelolaannya dilakukan sepenuhnya oleh warga setempat melalui Pokdarwis. Tiket masuknya pun terjangkau, mulai dari Rp125.000 per orang untuk minimal 4 orang dalam satu paket. Sudah termasuk trekking, minuman penyambut, sesi pengenalan budaya, hingga permainan tradisional seperti Lesong Ketintong dan Alu Beserang.

“Biasanya kami menyambut tamu dengan minuman tradisional, lalu istirahat sambil memperkenalkan alat musik dan permainan lokal. Setelah itu trekking ke zona lumut, lalu ke puncak. Biasanya yang ikut senang karena alami, tidak dibuat-buat,” jelas Kristianto.

Bagi yang ingin menikmati pengalaman lebih lama, tersedia paket camping dengan harga yang sama—sudah termasuk tenda, matras, sleeping bag, dan lampu tenda. Bahkan bisa dipesan untuk grup hingga 80 orang.

Meski belum ramai dikenal dunia internasional, Gunung Lumut pernah dilirik oleh tim National Geographic yang menilai kawasan ini sangat cocok untuk pasar wisata luar negeri berkat keaslian dan kelestarian ekosistemnya. Namun, sejauh ini, kunjungan masih didominasi wisatawan lokal dan regional, rata-rata sekitar 10 rombongan besar setiap tahunnya.

Lebih dari sekadar objek wisata, Gunung Lumut menjadi laboratorium alam dan ruang belajar hidup yang otentik.

“Di sini kita enggak cuma trekking, tapi belajar hidup dari alam dan masyarakatnya," tutup Kristianto.

Editor : Prayudianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut