get app
inews
Aa Text
Read Next : BRI Tuban Berbagi Kebahagiaan Idul Adha, 6 Ekor Hewan Kurban untuk Warga dan Instansi

Festival Kalang 2025, Mengenal Suku Kalang dan Jelajah Makam Suku Kalang di Nganget Bangilan

Selasa, 12 Agustus 2025 | 08:09 WIB
header img
Salah satu penampilan budaya yakni musik Unen-unen dan pembacaan puisi dalam Festival Budaya Kalang 2025, di Lapangan Pojok, Desa Bangilan, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban.

TUBAN, iNewsTuban.id - Yayasan Rumah Persinggahan Art Lab bekerja sama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur menyelenggarakan "Festival Budaya Kalang 2025" selama 2 hari. 

Berlokasi di markas Kodati (Komunitas Daun Jati) Lapangan Pojok Desa Bangilan, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, Festival ini merupakan puncak dari kegiatan pendokumentasian karya budaya "Menelusuri Jejak Peradaban Wong Kalang Kendeng Utara" karya 2 tokoh budaya asal Tuban, Muhammad Nahrussodiq dan Teguh Ugik.

 

 

Kegiatan pendokumentasian Suku Kalang tersebut sudah dimulai sejak tahun 2017 dengan komitmen untuk mengamati jejak peradaban "Wong Kalang" di wilayah yang dikenal sebagai "Segitiga Kalang" (Tuban, Bojonegoro, Blora). 

 

 

Riset ini difokuskan pada "Wong Kalang Kendeng Utara" yang diduga memiliki akar sejarah dari era Prasejarah (Megalitikum). Upaya ini berhasil mengumpulkan data faktual, melakukan pemetaan persebaran situs makam, serta menganalisis dan mengklarifikasi mitos yang selama ini menyelimuti Wong Kalang.

Festival Budaya Kalang 2025 merupakan wadah untuk mempresentasikan hasil penelitian dan dokumentasi tersebut kepada publik secara luas. Festival tersebut dirancang untuk menarik berbagai kalangan, mulai dari akademisi, budayawan, seniman, hingga masyarakat umum. 

 

Berlokasi di Lapangan Pojok, Dukuh Karang Tengah, Desa Bangilan, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, festival ini akan menampilkan berbagai kegiatan seni dan budaya yang menarik.

Rangkaian acara dimulai pada Sabtu, (9/08/25) yang berfokus pada peluncuran buku “Menelusuri Jejak Peradaban Wong Kalang Kendeng Utara” dan diselingi oleh performer art dari Unen-unen Rengel, pembacaan puisi dan pementasan seni Pencak Silat PSHT dari Ranting Bangilan.

 

 

Festival Kalang ini ditutup dengan diskusi santai dari tengah malam hingga minggu dinihari. Sementara pada minggu (10/08/25), kegiatan dilanjutkan dengan "Jelajah Makam" yang diikuti oleh akademisi, budayawan, komunitas, pemerintah, dan media di beberapa Lokasi situs Kubur Kalang di lokasi Sendang Nganget, Bangilan, Tuban.

 

 

Sendang Nganget yang lokasinya berada di tengah-tengah hutan turut Perhutani KPH Jatirogo, tersebar makam Kalang di tengah-tengah hutan jati. Sesampai di lokasi yang berada di atas perbukitan Sendang Nganget Lanang, tampak beberapa buah batu berbentuk lempeng yang ukurannya sangat besar.
 
Bebatuan berbentuk lempeng yang berada di bawah pohon jati berusia puluhan tahun inilah, makam makam Suku Kalang berada. Ironisnya, kondisi makam Suku Kalang ini tak terawat dengan baik, dan tampak bebatuan yang mengelilinginya juga beberapa ada yang sudah hilang.

 

Uniknya, seperti yang sudah biasa terjadi. Makam Suku Kalang tidak membujur dari selatan ke utara, melainkan membujur dari timur ke barat. Cara memakamkan Suku Kalang juga tidak ditanam di dalam tanah, namun hanya di tidurkan dengan badan dan wajah agak menengadah ke udara, dimana posisi tengkuk atau leher belakang, di beri penyangga dari logam berbentuk mirip seperti ketapel.
 
Terkait penyangga tubuh Suku Kalang dari logam, Suku Kalang dulunya memang memiliki paradaban yang sangat tinggi, sudah mengenal teknologi dan sangat maju. Itulah kepintaran Suku Kalang yang selangkah lebih maju dari suku suku lainnya saat itu.

 


 
Suku Kalang hidup di jaman batu dan jaman logam, hal itu menandakan bahwa peradaban Suku Kalang bertahan hingga ratusan tahun atau bahkan ribuan tahun sebelum punah. Manusia Suku Kalang menguasai peradaban batu dan ilmu pertukangan yang sangat canggih. Hal itu pula yang mendasari pendapat bahwa manusia Suku Kalang juga berperan aktif turut membangun Candi Borobudur, candi terbesar di dunia itu.

 


 
Jika menelisik persisnya Candi Borobudur itu dibangun, maka keberadaan Suku Kalang yang ahli dalam hal arsitektur megah dan ilmu pertukangan batu itu, menandakan bahwa peradaban Suku Kalang sudah ada sekitar tahun 700 atau 800-an masehi.
 
Jika di jaman batu itu Suku Kalang sudah bisa menciptakan mahakarya arsitektur candi termegah di dunia yang terbuat dari batu, maka sudah jelas nenek moyang orang Jawa atau Indonesia, sudah memiliki ilmu dan teknologi yang sangat canggih saat itu.

 

“untuk hari ini kita ada kegiatan jelajah makam di Kecamatan Bangilan yaitu di tempat wisata air panas Nganget, ada beberapa titik yang dikunjungi makam Kalang itu sendiri, ada banyak sebenarnya, kalau untuk wilayah persebarannya banyak, cuman yang dikunjungi teman-teman ini tidak semuanya karena satu hari jelas tidak selesai, ini ada lokasi yang cukup mudah dan ada aspek-aspek yang mendukung Makam Kalang, yaitu batu atau demping Makam Suku Kalang, makamnya sudah tidak utuh, dempingnya sudah tidak utuh, karena konsepnya adalah edukasi dasar, kita tidak yang berat-berat dulu, tapi mengenalkan kepada generasi muda seperti apa Makam Suku Kalang, ini lhoo ciri-cirinya,” ucap Nahrus, peneliti dan pembuat buku "Menelusuri Jejak Peradaban Wong Kalang Kendeng Utara".

 

 

Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam festival untuk menelusuri situs-situs peninggalan Wong Kalang. Buku "Menelusuri Jejak Peradaban Wong Kalang Kendeng Utara" yang berisi temuan penelitian, analisis mitos, serta peta persebaran makam Wong Kalang, diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang valid dan edukatif bagi berbagai kalangan.

 

 

Melalui festival ini, Yayasan Rumah Persinggahan Art Lab dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, melestarikan warisan budaya, serta memperkuat identitas dan kebanggaan masyarakat terhadap warisan budayanya.

Untuk itu seluruh masyarakat, media, akademisi, dan komunitas untuk memeriahkan Festival Budaya Kalang 2025 ini sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian budaya lokal.
 

 

Editor : Prayudianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut