get app
inews
Aa Text
Read Next : Pemberontakan Gagal Pangeran Diposono, ini Kisah Kerabat Keraton yang Nekat Melawan Belanda

Coban Jahe Simpan Cerita Kelam, Akibat Pengkhianatan Pribumi, 38 Pejuang Kompi Gagak Lodra Gugur

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 14:00 WIB
header img
Makam pejuang di Coban Jahe menjadi saksi gugurnya 38 anggota Kompi Gagak Lodra akibat pengkhianatan pribumi. (Foto: MPI/Avirista M)

MALANG, iNewsTuban.id - Coban Jahe merupakan destinasi wisata air terjun di kaki Gunung Bromo yang menyimpan sejarah kelam perjuangan kemerdekaan. Di sinilah pasukan gerilyawan Malang, Kompi Gagak Lodra, bertempur melawan Belanda pasca-proklamasi.

Pertempuran terjadi di kawasan hutan Kalijahe, Desa Taji, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Dari sekitar 150 prajurit, sepertiganya gugur dalam baku tembak yang tak seimbang.

Sejarawan Eko Irawan mengungkapkan, pasukan Kapten Sabar Sutopo mendapat perintah dari Hamid Rusdi untuk merebut pos Tosari yang direbut Belanda pada 22 Desember 1948. Namun, pertahanan Belanda terlalu kuat sehingga mereka mundur ke arah Malang.

“Dari sana pasukan kembali ke arah Malang dan sampai ke Kalijahe. Namun di Kalijahe ini mereka terjebak hujan dan cuaca buruk selama dua hari di hutan Kalijahe. Tapi saat berada di Kalijahe ini para pasukan diserang dari atas pegunungan oleh pasukan Belanda,” ujar Eko.

Meski sudah berhati-hati, keberadaan pasukan Gagak Lodra dibocorkan oleh warga pribumi yang pro-Belanda. Informasi itu membuat Belanda bisa memprovokasi dan menyerang secara langsung.

“Ada warga kita yang membocorkan ke Belanda mengatakan ada pasukan gerilyawan ini berada di lembah hutan Kalijahe. Kan memang warga sendiri ada yang pro dan kontra Belanda. Jadi mungkin Belanda ini bisa memprovokasi untuk menjadi mata – mata,” kata Eko.

Selama dua hari, pasukan Belanda menyerang dari atas bukit dengan senapan otomatis dan granat, sedangkan pejuang Indonesia hanya bersenjata senapan rampasan. Hujan dan kabut semakin menyulitkan perlawanan.

“Hasilnya ya dari ratusan pasukan itu 38 pejuang kita gugur, sementara yang selamat diperkirakan 150 orang, tapi akhirnya mundur dan melarikan diri melalui sungai menuju kampung,” ucap Eko.

Meski banyak korban, pertempuran ini mengalihkan perhatian Belanda, sehingga pasukan Abdul Syarif dan Samsul Islam dari Poncokusomo berhasil menuju Probolinggo dan Pasuruan.

“Keberhasilan ini karena pasukan Belanda terfokus di Kalijahe menghadapi pasukan Sabar Sutopo. Ini merupakan keberhasilan dari kepentingan strategi,” ujar Eko.

Setelah pertempuran, sisa pasukan berkumpul di Garotan, Wajak, dan dibangun kembali. Dengan bantuan Letnan Soemodiharjo, mereka mendapat tambahan senjata berat seperti senapan mesin 12.7, 13.2, mortir 8, dan senjata ringan.

Dengan kekuatan penuh, Kompi Gagak Lodra berhasil mempertahankan wilayah Wajak dan menyerang pos-pos Belanda di Wajak, Codo, dan Turen.

“Beberapa kali pasukan Belanda mencoba menyusup ke daerah basis gerilya tetapi kami gagalkan karena kerjasama antara tentara dan rakyat yang terjalin erat,” ucap Eko.

Editor : Prayudianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut