Dari Tangan Terampil Sekelompok Ibu-ibu Warga Tuban, Kerajinan Daun Lontar jadi Bernilai Jual Tinggi

TUBAN, iNewsTuban.id - Di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, ada kreativitas sekelompok warga desa yang memanfaatkan daun lontar menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Dari tikar, tas anyaman, hingga wadah jajanan tradisional, semuanya dibuat dengan tangan-tangan terampil para pengrajin.
Inilah kegiatan sekelompok warga di Desa Tunah, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Setiap hari, sekitar sembilan hingga dua belas orang ibu-ibu dan bapak berkumpul untuk menganyam daun lontar atau daun siwalan, yang banyak tumbuh di wilayah Kabupaten Tuban.
Daun lontar yang semula tak memiliki nilai jual, oleh warga disulap menjadi berbagai produk bernilai ekonomi.
Dari tikar, tas anyaman, hingga dekorasi gedung. Permeter anyaman lontar berkisar di harga Rp 10.000.
Selain itu, daun lontar basah juga dimanfaatkan untuk membuat wadah jajanan tradisional, seperti dumbek. Wadah dumbek sendiri memiliki harga Rp 15.000 - Rp 40.000 perseratus pcs. Sementara dalam sehari, ibu-ibu ini di target harus mampu menyelesaikan seribu biji wadah atau sarung dumbek.
Proses pembuatan anyaman lontar dimulai dari mengeringkan daun lontar, lalu dipotong sesuai ukuran dan di teruskan ke tangan-tangan terampil para pengrajin untuk di anyam.
“buat sarung dumbek, disini sentra ibu ibu, ada enam sampai sepuluh, satu rt, satu hari seribu biji, sudah lama ada kalau lima tahun, yaa sekitar sini saja, perseratus lima belas, yang kecil bias empat belas ada yang besar empat puluh ribu, yaa alhamdulillah bisa membantu penghasilan ekonomi keluarga,” ungkap wwc Siti Aminah, pengrajin wadah jajanan dumbek.
Dari pengakuan pengrajin, kegiatan ini bukan hanya menjadi sumber penghasilan, tapi juga memberikan aktivitas positif bagi warga yang dahulunya hanya berdiam diri di rumah.
Selain itu, hasil anyaman ini sudah mengalir ke berbagai kota-kota di Jawa Timur, seperti Lamongan, Bojonegoro hingga Gresik dan mulai menjadi ciri khas produk olahan Desa Tunah. Anyaman tikar dari daun lontar ini di patok harga Rp. 10.000 permeter.
“ini buat anyaman, buat anyaman sama jajanan tradisional khas sini namanya dumbek. anyaman untuk dekor, dekor di gedung katanya nanti pesanannya itu. banyak sih, ada buat wadah jajanan seperti tas. tas anyaman itu dari apa? daun lontar. terus buat tikar lagi tikar juga. kalau ini baru mulai belajar ini, paling satu hari itu baru dapat 1 meter. tapi kalau sudah pintar, bisa jadi 5 meter, 6 meter sehari, harga per meter rp 10.000. alhamdulillah, dengan adanya kegiatan ini, masyarakat yang dulunya nganggur, "ngrumpi", enggak ada gunanya, sekarang bermanfaat, punya penghasilan meskipun sedikit-sedikit,” kata Aspurno, pengrajin tikar lontar.
Dengan semangat kebersamaan, warga berharap usaha kerajinan lontar ini terus berkembang, sehingga dapat menjadi sumber ekonomi baru dan mengangkat nama Desa Tunah menjadi desa sentra kerajinan anyaman daun lontar.
Editor : Prayudianto