get app
inews
Aa Text
Read Next : Bikin Pasukan Majapahit Kebingungan Saat Perang, ini Kisah Peti Pusaka Demak Sunan Kudus

Sejarah Lahirnya Jemaah Maiyah Cak Nun, Apa Arti Maiyah dalam Bahasa Arab?

Sabtu, 13 September 2025 | 09:02 WIB
header img
Jemaah Maiyah tampak antusias mendengarkan tausiyah Cak Nun dan narasumber lainnya. (Foto: ist)

JAKARTA, iNewsTuban.id - Apa arti maiyah dalam bahasa Arab menarik dikaji lebih dalam. Jemaah Maiyah memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) sebagai figur panutan. 

Cak Nun merupakan tokoh yang memediasi para jamaah dalam memaknai nilai-nilai kebajikan yang sedang didiskusikan dalam pengajian maiyahan ini. Terdapat nilai-nilai kebajikan yang disampaikan kepada para anggotanya.

Anggota yang menerima nilai-nilai kebajikan yang disampaikan kemudian menginternalisasi nilai-nilai tersebut dan menjadikannya sebagai salah satu metode untuk mengisi dan menerapi keterasingan jiwa pada dirinya, sehingga para jamaah menjadi semakin jernih dan tangguh dalam menjalani kehidupan dirinya dan lingkungan sosialnya.

Lantas, apa arrti dari maiyah? berikut penjelasan lengkapnya.

Apa Arti Maiyah

Dilansir dari repisitori IAIN Kudus, secara epistemologis, istilah maiyah berakar dari bahasa Arab ma‘a yang berarti “dengan”, “bersama”, atau “beserta”. Dari akar kata tersebut lahir bentuk ma‘ana yang berarti “bersama kita”, serta ma‘iya yang berarti “bersamaku”. Dengan demikian, maiyah dapat dimaknai sebagai “kebersamaan”. Dalam pengucapan sehari-hari masyarakat Indonesia, istilah ini kemudian mengalami penyesuaian fonetis sehingga dikenal sebagai maiya, maiyah, atau maiyahan.

Kata ma‘a pada dasarnya digunakan untuk menyatakan tempat atau waktu kebersamaan. Namun, penggunaannya juga dapat sekadar merujuk pada pertemuan atau kondisi bersama, tanpa penekanan pada dimensi waktu atau tempat tertentu. Selain itu, maiyah mengandung makna pertolongan, perlindungan, serta pengawasan.

Secara historis, maiyah merujuk pada kisah para nabi dalam Al-Qur’an. Nabi Musa A.S. menuturkan kalimat inna ma‘iya rabbī (“sesungguhnya Tuhanku bersamaku”) untuk meyakinkan kaumnya bahwa Allah senantiasa menyertai mereka. Begitu pula Nabi Muhammad SAW mengucapkan lā takhaf wa lā taḥzan, innallāha ma‘anā (“jangan takut dan jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”) saat menghadapi kejaran musuh, sebagai penghiburan sekaligus penguatan iman kepada sahabat Abu Bakar.

Dalam cakupan yang lebih luas, maiyahan dapat dimaknai sebagai sebuah bahasa sosial dan kultural. Pada dimensi kenegaraan, ia berwujud nasionalisme; pada dimensi primordial, ia merepresentasikan universalisme; pada tataran peradaban, ia mencerminkan pluralisme; dan pada ranah kebudayaan, ia melahirkan heterogenisme, yakni pemahaman serta penerimaan terhadap keragaman yang direlakan dan disadari bersama.

Definisi Maiyah dalam Perspektif Internal dan Eksternal

Bagi orang di luar lingkaran maiyah, istilah ini kerap didefinisikan secara sederhana sebagai majelisnya Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) atau sebagai gerakan sosial yang digagas oleh beliau. Namun, definisi tersebut menjadi lebih kompleks ketika pertanyaan serupa diajukan kepada orang yang berada di dalam lingkaran maiyah.

Hal ini disebabkan karena bagi para pelaku atau jamaah maiyah, makna maiyah justru bersifat personal dan lahir dari pengalaman eksistensial masing-masing individu. Misalnya, ada yang memaknai maiyah sebagai wujud kebersamaan yang guyub karena mereka benar-benar merasakan solidaritas dan persaudaraan di dalamnya.

Di sisi lain, bagi kalangan akademis yang meneliti atau terlibat langsung dalam maiyah, fenomena ini dapat dipahami sebagai ruang dekontruksi pemikiran. Artinya, maiyahan bukan sekadar ajang kebersamaan, melainkan juga forum dialektika yang menawarkan solusi alternatif dan membuka jendela baru bagi cara pandang terhadap persoalan sosial, budaya, maupun spiritual.

Sejarah Lahirnya Jemaah Maiyah

Maiyah memiliki sejarah panjang dalam proses kelahirannya. Tepat pada 31 Juli 2001, menjelang digelarnya Sidang Istimewa MPR, forum ini lahir di tengah suasana politik nasional yang sedang memanas. Saat itu, Cak Nun bersama kelompok musik KiaiKanjeng menggelar acara shalawatan dan Maulidul Rasul sebagai respons atas kondisi bangsa yang penuh ketidakpastian.

Penggunaan istilah Jemaah Maiyah bertujuan meneguhkan semangat kebersamaan dalam menghadapi situasi sosial dan politik, sekaligus mengingatkan bahwa Allah senantiasa hadir dalam setiap napas kehidupan manusia. Dari sinilah istilah Maiyah kemudian dilembagakan sebagai sebuah ruang spiritual, sosial, dan kebudayaan.

Pertemuan pertama Jemaah Maiyah secara resmi diselenggarakan pada 6 Juni 2012 di Malang. Acara ini menggunakan identitas Relegi, singkatan dari Rebo Legi, yang merupakan weton kelahiran Cak Nun. 

Seiring perjalanan waktu, kegiatan maiyahan tidak hanya terbatas di Malang, melainkan juga meluas ke berbagai kota lain. Permintaan masyarakat yang semakin besar mendorong terbentuknya simpul-simpul Maiyah di berbagai daerah, sehingga menjadikan gerakan ini semakin luas dan inklusif.

Melihat antusiasme yang begitu besar dari masyarakat di luar Malang, Cak Nun kemudian menggagas pembentukan Simpul Maiyah di berbagai kota. Simpul ini menjadi ruang bersama bagi jamaah untuk merasakan kebersamaan, diskusi, shalawatan, serta refleksi kebudayaan sesuai dengan konteks daerah masing-masing.

Seiring perkembangan, Maiyahan tidak lagi hanya terpusat di Malang, melainkan rutin digelar di sejumlah kota besar. Beberapa simpul yang cukup dikenal antara lain Bangbang Wetan di Surabaya, Kenduri Cinta di Jakarta, Padhang Mbulan di Jombang, dan Gambang Syafaat di Semarang.

Kehadiran simpul-simpul ini memperluas jangkauan Maiyah sebagai sebuah gerakan kultural, spiritual, sekaligus sosial. Selain itu, keberadaannya memperlihatkan bagaimana nilai kebersamaan, keterbukaan, dan kearifan lokal dapat tumbuh dalam bingkai keislaman yang inklusif.

Itulah ulasan apa arti Maiyah dalam bahasa Arab dan sejerah perkembangannya.

Editor : Prayudianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut