LAMONGAN, iNews.id - Budidaya maggot sebenarnya cukup mudah, selain mampu mengatasi persoalan sampah secara efektif namun juga berpeluang ekonomi prospektif.
Seperti yang dilakukan Pemerintah Desa Sekaran, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan mengatasi persoalan sampah yang dikerjakan oleh Pokmas Sekar Manfaat dengan mendaurulang sedikitnya satu ton sampah warga dan Pasar Desa, yang di kelola untuk budidaya maggot.
Maggot kering produksi Pokmas Sekar Manfaat
Menggunakan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sekar Manfat. Yang menempati lahan seluas 500 meter persegi. Bangunannya terbagi dari tiga bagian untuk budidaya maggot. Yaitu satu tempat yang diisi lalat jantan dan betina, tempat untuk kawin dan bertelur.
Tempat ini berbentuk kotak ukuran 5 X 10 meter dengan kawat ram-raman. Untuk pakan diberikan dedak, trasi dan air. Disepanjang pinggir kandang diberi kayu-kayu kecil persegi panjang untuk tempat bertelur lalat.
Terlihat ribuan ekor lalat beterbangan dan menempel dikayu-kayu segi empat sedang bertelur. Selain itu juga terdapat papan didalam gudang berbentuk rak-rak dari papan kayu. dirak kayu tersebut disusun ratusan wadah baki untuk tempat baby maggot. Didekat rak kayu tersebut juga terdapat plesteran untuk tempat maggot dewasa.
Ketua Pokmas Sekar Manfaat Rasmian mengatakan, untuk bisa produktif, ada perlakukan khusus merawat lalat dan maggot. Diantaranya untuk kandang lalat, saat pagi hari antara pukul 08.00 hingga 09.00 WIB tidak boleh diusik karana saat waktu tersebut waktunya lalat kawin.
"Untuk baby maggot, harus ditempatkan ditempat yang lembab atau tidak terpapar langsung sinar matahari. Untuk menjaga kelembaban setiap hari kandang baby maggot harus rajin disemprot dengan air," terang Rasmian, Senin (4/4/2022).
Lalu ia menjelaskan, proses membuat maggot yaitu, telur dari hasil kawin lalat yang menempel diatas kayu kemudian dikerik dan dimasukkan kedalam baki berisi sampah organic Lalu dipindah keruangan satunya. Setiap kotak baki berisi kompos berukuran 80cm X 120 meter tadi diisi 1 gram telur lalat. Butuh waktu satu minggu menetaskan telur ulat tadi.
Rasmian menambahkan, bayi maggot hanya berusia sampai 7 hari, menginjak usia 8-21 hari sudah menjadi dewasa. Setelah itu menjadi pupa atau kepompong. Untuk satu gram maggot bisa menghabiskan sekitar 5 kilogram sampah organic. Rata-rata setiap harinya TPS Sekar manfaat bisa panen 5 kilogram maggot. Hasil panen tersebut sebagian dimanfaatkan untuk ‘bibit’ maggot lagi.
“Perlu diketahui jika lalat jantan setelah kawin langsung mati. Begitu juga dengan lalat betina sehabis bertelur juga langsung mati. Jadinya harus disediakan bibit lagi untuk berkembangbiaknya lalat,” papar Rasmian.
Dari hasil manggot tersebut, sementara ini dimanfaatkan untuk papan ternak lele yang dibangun dihalaman samping TPS, kolam lele berukuran 2 meter X12 meter diisi 2000 ikan lele. Jika ada kelebihan untuk pakan lele hasil maggot baru akan dijual keluar.
"Harga maggot sendiri dipasaran untuk maggot fresh Rp 10 ribu perkilogram, harga kepompong Rp 45 ribu/kg, dan klontongan kepompong Rp 2 ribu/kg. Telur lalat juga banyak diburu. Harganya Rp 10 ribu per satu gramnya," tutupnya.
Editor : Prayudianto