Guru Penulis Banyak Berkah dari Menulis, Perjalanan Hidup Eni Siti Nurhayati Jadi Sumber Inspirasi
JEMBER, iNewsTuban.id - Perjalanan hidup bisa menjadi sumber inspirasi bagi seorang penulis. Apalagi jika sepanjang lelakon hidup tadi banyak mengalami onak duri, pahit getir yang begitu membekas direlung kalbu.
Seperti halnya Eni Siti Nurhayati,S.Pd,M.Pd.i, mengaku ide-ide cerita yang dituangkan disetiap karyanya sebagian besar digali dari pengalaman pribadi yang penuh warna.
Nyatanya, dari menghimpun inspirasi yang peristiwa yang pernah dialami, menjadikan para penggemar penulis wanita produktif ini semakin terpesona akan goresan penanya.

“Sudah kenyang mengalami pahit getir kehidupan menjadikan ide-ide tulisan muncul beterbangan seperti laron dimusim penghujan,” ujar wanita yang juga guru di MTS Negeri 9 Jember ini.
Menurut Eni, menulis bisa menjadi ‘pelampiasan’ semua penderitaan, nestapa hidup, pun dengan kebahagiaan dan rona-rona yang mewarnainya.

Diakuinya, terjun menjadi penulis terbilang terlambat. Baru dipungkasan tahun 2012 dirinya menggoreskan pena saat usinya merangkak 40 tahun. Semua beban yang mengganjal dihati dituangkan dalam tulisan.
Semula hanya untuk dokumen pribadi, Namun disuatu waktu dorongan untuk mengirimkan tulisan itu begitu kuat melecut benaknya.
Naskah berupa roman berbahasa jawa itu, dikirimkan dimedia berbahasa jawa majalah Jaya Baya. Dan termuat. Dari situ yang mendorong semangat penulis wanita yang tinggal di Dusun Krajan 3 RT 3/RW 14 Desa Keting,Kecamatan Jombang,Kab.Jember terus membuncah menyesaki dadanya.

Beberapa cerita bersambung ibu dengan dua anak bernama Farah Aida Ilmiatul Kulsum,M.Par dan Salman Al Farisi Zamzam,S.TTr ini sudah termuat dimajalah berbahasa jawa.
Sedangkan 10 novel yang sebagian besar berbahasa jawa telah diterbitkan dantaranya , “Kadhung Kepencut” (2016), “Ngrembuyunge Kembang Tresna “(2016),”Gogroge Kembang Tresna” (2017), “Timbangan Tresna” (2017),”Prasasti “(2018), “Mereka Memanggilku Kandhi Kuprit “(2018), “Zonasi Tresna” (2020), “Rok Merah Buat Adinda”(2020) (Cerit anak dwi bahasa), “Prasasti” (2024)dan “Tresna Gumelar” (2024) selain itu juga menerbitkan belasan buku antologi bahasa jawa dan Indonesia.
Sementara tulisan berupa cerkak terus bertebaran dimedia berbahasa jawa dan bahasa Indonesia. Kenapa lebih memilih menulis cerita berbahasa jawa?
“Selain menyalurkan hobi, dengan menulis juga melestarikan bahasa jawa. Bahasa jawa itu memiliki filosofi luhur.Jangan malu berbahasa daerah,” ujar peraih S2 dari PPs UNIPDU Peterongan Jombang jurusan Manajemen Pendidikan Islam.
Tidak hanya populer sebagai penulis wanita produktif, dari tulisan Eni juga meraih beberpa penghargaan level nasional. Diantaranya karya berjudul “Hati yang Terbunuh” lolos Teacher Super Camp 2017 yaitu lomba menulis yang diadakan KPK RI dan Kemenag RI.
Tahun 2022 dirinya terpilih sebagai penulis Assesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI) di Sub bagian literasi membaca MTS. Tahun 2023 terpilih di kegiatan Guru Madrasah Menulis (GMM).

Dari prestasi yang diraih itu Eni dapat ‘bonus” mengunjungi Jakarta dan kota-kota lainnya dengan gratis. Selain itu, selama tiga tahun (2018-2022) Eni juga menjadi penulis SIAP (menulis Soal Secara Online Kemdikbud) lan AKM Pusmenjar.
“Alhamdulillah, semuanya tadi berkah dari menulis,” pungkas Eni sambil tersenyum manis.
Editor : Prayudianto