Mahalnya harga telur berdampak terhadap penjualan pedagang. Omzet pedagang turun drastis hingga 75 %. Mbah Sripah misalnya, kini hanya mampu menjual 50 kilogram telur per-hari, padahal sebelumnya bisa mencapai 2 kwintal per-hari.
“telur ayam Rp. 31 ribu, iyaa naik terus, sudah sekitar empat hari ini naik, penjualan agak sepi karena mahal, nggak tahu naiknya karena apa,” ujar Darlin, pedagang telur ayam, di Pasar Baru Tuban.
“semua jenis telur naik, telur ayam horen Rp 30 ribu, telur ayam kampung Rp 2.500, telur asin Rp 2.500 saya jual Rp 3.000,” kata Sripah, pedagang telur.
Melambungnya harga telur dipicu mahalnya harga pakan ternak. Akibatnya peternak ayam petelur tidak mempunyai pilihan lain untuk bertahan, selain menaikan harga jual hasil panen.
“harga telur untuk saat ini memang terpantau mengalami lonjakan luar biasa, ini tidak hanya di Tuban saja, di kota kota besar lain juga mengalami kenaikan, bisa sampai tiga puluh ribu, pemicunya adalah harga pakan ternak naik,” ungkap Agus Wijaya, Kepala Dinas Kopumdag Kab. Tuban.
Pemerintah Daerah masih berupaya membangun komunikasi dengan daerah penghasil telur, untuk membantu suplay agar harga dapat di tekan. Namun, komunikasi masih belum tersambung optimal.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait