TUBAN, iNewsTuban.id - Informasi yang cukup inspiratif, bagi sebagian orang mungkin sampah bisa jadi barang yang menjijikkan, namun tidak dengan Ahmad Abdul Hamid, warga di Desa Plumpang, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban ini.
Di tangan Hamid, sampah organik dijadikan pakan utama maggot, yang mampu meraup cuan puluhan juta rupiah. Penasaran berikut liputannya untuk anda.
Melihat koloni belatung seperti ini, mungkin bagi sebagian orang menjijikkan. Namun siapa sangka larva atau maggot dari lalat Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam ini, bisa mendatangkan cuan yang mengiurkan.
Seperti yang dilakukan Ahmad Abdul Hamid, warga Desa Plumpang, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, dengan memanfaatkan lahan kosong di area tempat pembuangan sampah, untuk tempat budidaya maggot serta lalat BSF.
Setiap harinya, Hamid ke tempat perkembang biakan lalat BSF untuk mengecek serta memanen telur-telur lalat tentara hitam tersebut.
Setelah memastikan serta melakukan panen telur, kemudian bergegas menuju tempat pembuangan sampah sementara, untuk memberikan makan maggot-maggot siap panen menggunakan sisa-sisa sampah organic.
Budidaya maggot ini diawali dengan panen telur, kemudian ditetaskan selama empat hari, setelah berumur satu pekan atau tujuh hari, maggot dipindahkan ke petak-petak tempat perkembang biakan.
Dalam proses ini maggot diberi makan susu fermentasi agar cepat terurai, setelah berumur 20 hari maggot dewasa siap dipanen. Selain maggot, budidaya ini bisa menghasilkan bekas maggot, telur lalat BSF, Pre Pupa dan Pupa.
“budidaya maggot kenapa kog maggot karna maggot itu kan pengurai samph terbaik saat ini. hasil maggot perhari rata rata 30kg dengan harga jual 1 perkilogram rp 8000 rupiah biasanya untuk pakan ternak lele. selain maggot disini juga menjual bekas maggot, telur bsf, pre pupa dan pupa. penjualan kalo maggot fresh itu sekitar tuban, tapi kalo telur bisa kirim-kirim ke seluruh Indonesia semua dijual lewat sosmed,” ungkap Ahmad Abdul Hamid, peternak maggot Tuban.
Maggot sendiri disini dibandrol Rp. 8.000 per satu kilogram. Dari budidaya ini Hamid mampu menghasilkan puluhan juta rupiah setiap bulannya. Untuk teknik penjualan sendiri, Hamid memanfaatkan sosmed sehingga bisa menjangkau seluruh Indonesia.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait