TUBAN, iNewsTuban.id - Nagarakretagama dan Pararaton menjadi dua referensi kitab kuno yang menggambarkan sejarah perjalanan Kerajaan Majapahit dan Singasari. Konon Negarakretagama ditulis Mpu Prapanca dan kitab Pararaton belum diketahui secara pasti siapa penulisnya.
Kitab Nagarakretagama pada dasarnya merupakan puja sastra yang memuji kebesaran Raja Hayam Wuruk khususnya dan Majapahit pada umumnya. Sementara Pararaton berisi cerita tentang riwayat hidup Ken Arok sebagai cikal bakal munculnya raja-raja Majapahit
Meski peninggalan Kerajaan Majapahit, konon Nagarakretagama ditemukan di Puri Cakranagara yang kini berada di daerah Lombok, Nusa Tenggara. Penemuan ini bukanlah yang pertama, naskah kuno ini juga ditemukan terpisah di Pulau Bali, tepatnya di Amlapura, Karangasem, kemudian di Geria Pidada di daerah Klungkung, serta dua lagi di Geria Carik Sideman.
Penemuan naskah Nagarakretagama sebanyak empat buah itu membangkitkan pandangan tentang kepopuleran kitab tersebut yang berbeda sekali dengan waktu sebelumnya. Apalagi setelah diketahui naskah-naskah itu terdapat di tangan masyarakat biasa, tidak semuanya di puri.
Dikutip dari "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", hal ini menunjukkan naskah Nagarakretagama memang dikenal di masyarakat Bali kuno. Pada naskah Amlapura milik seorang guru, ditulis pada halaman pertama wawacan Jawa, maksudnya isi naskah itu bertalian dengan sejarah Jawa. Yang dimaksud dengan Jawa di sini yakni Majapahit.
Tidaklah mengherankan jika naskah Nagarakretagama itu juga dikenal oleh penggubah Pararaton secara langsung atau tidak langsung. Dalam garis besarnya uraian Nagarakretagama tentang Singasari dan Majapahit dari tahun 1222 sampai tahun 1365 memang sejajar dengan uraian Pararaton.
Uraian Pararaton lebih luas berkat adanya tambahan-tambahan yang diambil dari sumber lain seperti akan ditunjukkan di bawah. Uraian Nagarakretagama pupuh XL tentang Raja Rajasa menjadi inti uraian Pararaton tentang cerita Ken Arok dari lahirnya sampai pencandiannya di Kegenengan pada tahun 1227.
Uraian Pararaton tentang cerita Ken Arok diperluas dengan tambahan mendetail. Uraian Nagarakretagama Pupuh XL mencakup empat hal yakni tempat Raja Rajasa mendirikan kerajaannya di sebelah timur Gunung Kawi, pemberontakan Raja Rajasa terhadap Raja Kertajaya di Kediri pada tahun 1222 berakhir dengan kemenangan Tumapel.
Berikutnya, berupa percandian Raja Rajasa di Kagenengan pada tahun 1227 dan Raja Rajasa menjadi leluhur raja-raja di Singasari dan di Majapahit.
Uraian pupuh XL yang hanya terdiri dari lima bait atau 20 baris itu dalam Pararaton diperluas menjadi 16 halaman, diberi judul Katuturanira Ken Arok. Sesudah itu Pararaton menyajikan uraian tentang raja-raja Singasari dan Majapahit mulai dari Anusapati pada tahun 1227 sampai Sang Mokta Ri kadaton pada tahun saka 1400 atau sekitar kurang lebih 1478 Masehi.
Secara garis besar uraian naskah kuno Pararaton dari Raja Rajasa Sang Amurwabhumi memang sejajar sekali dengan uraian Nagarakretagama pupuh XL sampai XLIX dengan tambahan fakta sejarah yang masih beredar dalam masyarakat. Sumber fakta sejarah itu masih dapat diketahui sekadarnya.
Pada akhir uraian tentang raja-raja yang bersangkutan selalu dibubuhkan tarikh mangkatnya dan candi makamnya, seperti yang dilakukan penggubah Nagarakretagama. Urutannya pun hampir mirip. Sesudah uraian tentang Raja Rajasa, menyusul uraian tentang Sang Anusapati.
Pada Nagarakretagama uraian ini ditempatkan dalam pupuh XLI. Uraian yang ditambahkan ialah bahwa Sang Anusapati mangkat akibat tusukan keris Gandring oleh Tohjaya, putra sulung Sri Rajasa lahir dari Ken Umang. Tokoh Tohjaya sama sekali tidak disebut dalam Nagarakretagama.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait