Tuban, iNewsTuban.id - Desa Penambangan, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, kaya dengan budaya dan kearifan lokal. Diantaranya akan keberadaan situs Randu Gedhe dan juga peninggalan lainnya yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Untuk mengangkat dan melestarikan budaya tersebut, Komunitas Kalapijar menggelar kegiatan Festival Pasar Kawak Randhu Gedhe, yang bertempat di Makam Dawa (Kamdawa) Dusun Cungkup, beberapa waktu lalu.
Walau baru pertama kali diadakan rangkaian acara digelar mewah dan istimewa. Berbagai kegiatan yang diadakan diantaranya yaitu menggelar pasar yang menjual beraneka jajanan tradisional yang sudah jarang ditemui seperti gablok, tiwul, lenting, klepon, ciwel, ongol-ongol, ketan dan lainnya.
Selain itu juga ada pengenalan produk ampo. Ampo sendiri merupakan camilan khas yang hanya ditemukan di Bumi Ronggolawe Tuban yang terbuat dari tanah lempung. Untuk memeriahkan acara juga ditampilkan tarian dan dolanan bocah serta suguhan dari Grup Kalijaga Ferforma.
Camat Semanding Drh. R Cipta Dwipriyata dalam sambutannya memberikan apresiasi dengan komunitas yang mengadakan kegiatan pelestarian budaya itu.
“Randu gedhe merupakan tanaman langka yang sudah jarang ditemui. Selain itu dengan adanya pasar rakyat juga kembali mengangkat keberadan jajanan tradisional yang sudah jarang ditemui,” ujar pejabat merakyat itu.
Sementara Kades Penambangan Karmani mengatakan, dengan digelarnya pasar Kawak Randhu Gedhe mengharap masyarakat luas, khususnya generasi muda bisa mengenal dan lebih mencintai budaya yang dimiliki. Dirinya berharap kegiatan festival bisa menjadi agenda rutin dan digelar lebih meriah lagi. dengan dukungan dari Pemkab Tuban tentunya.
Ditempat yang sama, Alex Irawan Panitia Festival Pasar Kawak Randhu Gedhe menambahkan dengan digelarnya kegiatan tersebut memiliki tujuan mengangkat dan memperkenalkan keberadaan situs randhu gedhe yang termasuk langka agar generasi muda bisa lebih mencintai kekayaan budaya yang dimiliki.
Festival Pasar Kawak Randhu Gedhe mendapat perhatian luas tidak hanya dari masyarakat setempat namun juga warga luar. Salah satu yang cukup memantik minat dipasar kawak yang suasananya dikemas seperti pasar jaman kuna, keseluruhan lapak tempat berjualan para pedagang dibangun sederhana dengan menggunakan tiang bambu sedangkan atasnya menggunakan anyaman blarak (daun kelapa).Menciptakan suasana nyaman dan betah berlama-lama bagi para pengunjung.
Proses membuat Ampo menjadi perhatian khusus pengunjung (foto : Totok Martono)
Uniknya, untuk membeli jajanan dan makanan dipasar kawak, sebelum masuk berbelanja para pengunjung harus menukarkan uang dengan uang keping kuna yang disediakan panitia. Uang Rp 10 ribu bisa ditukar dengan kepeng (uang kuno). Uang kepeng tadi yang kemudian digunakan belanja.
“Belanja dipasar kawak menjadi pengalaman pertama yang unik. Seperti masuk ke jaman kerajaan dahulu,” ujar Diyah salah satu pengunjung.
Dipasar kawak dirinya membeli jajan gablok dan tiwul. Selain dimakan ditempat jajanan tradisional tadi juga dibawa pulang untuk oleh-oleh.
Randhu Kawak merupakan tempat yang dianggap sakral oleh warga setempat. Ini tidak lepas dari keberadaan dua makam sepuh dibawah pohon randhu. Dipaparkan Alex Irawan, makam yang terkenal dengan nama Makam Dawa (Kamdawa) dipercaya merupakan Mbah Rohman atau Mbah Pacar.
“Belum ada keterangan yang otentik tentang makam satunya. Ada yang mengatakan kawula (anak buah) Mbah Rohman namun ada juga yang mengatakan garwa selir Mbah Rohman,” urai Irawan. Yang jelas, untuk menghormati makan sepuh tersebut rutin digelar manganan lan barikan dilokasi makam dua kali dalam setahunnya.
Anggota komunitas Kalapijar (foto :Totok Martono)
Pohon randhu gedhe sendiri bentuknya kokoh tinggi menjulang. Dengan kerimbunan daunnya randhu gedhe memiliki ketinggi puluhan meter seperti hendak menggapai langit. Sementara untuk diameternya sendiri belum diketahui.
“Belum diketahui pasti berapa diameternya. Namun pernah saat akan dirangkul membutuhkan hingga 33 orang baru bisa dirangkul,” terang Irawan.
Untuk melestarikan Randhu Gedhe warga sudah membangun jalan dan paving dengan dana swadaya.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait