Bojonegoro, iNewsTuban.id - Menggeluti dunia sastra sejak tahun 1980-an, nama H.Suwarno,S.Pd,MM terhitung salah satu sastrawan dan budayawan yang sangat diperhitungkan. Dengan nama samaran Nono Warnono, sudah ratusan tulisan dalam bahasa Indonesia berupa cerpen, puisi dan esai menghiasi media massa nasional dan lokal.
Selain itu, Nono, panggilan akrabnya. juga termasuk salah satu penulis berbahasa jawa yang produktif. Hasil tulisan berupa Cerita Cekak (Cerkak), Geguritan (puisi) dan lainnya sudah tak terhitung menghiasi lembaran majalah berbahasa jawa seperti Panjebar Semangat, Jaya Baya, Djaka Lodhang dan sebagainya. Karyanya dalam bentuk puluhan buku antologi dalam bahasa Indonesia maupun bahasa jawa juga telah meramaikan dunia literasi.
Nono Warnono sempat menjadi penyiar radio (foto istimewa)
Menulis sendiri bagi suami dari Dra.Lilik Endang Werdiningsih dengan satu putri bernama Laras Gupitasari,S.Kom,M.Kom ini merupakan sarana untuk menyalurkan hobi sekaligus mengeluarkan buah pemikiran. Nono juga tidak pernah menghiraukan ketika karya-karyanya yang dimuat di berbagai media, mendapat honorium atau tidak. Karena menurut pengalamannya, memang tidak semua media memberikan imbalan dalam bentuk honorium untuk penulis.
Baginya, adalah kepuasan tak ternilai saat tulisannya dimuat. Bukan hanya karena karyanya sudah dinilai layak, namun juga dari hasil tulisannya tadi diharapkan bisa membawa pencerahan atau bahan perenungan. Paling tidak, karya tulisnya bisa menjadi penghibur bagi siapa saja yang membaca.
Meski sudah cukup menyandang nama, Nono mengaku bukan penulis produktif. “Tidak pernah ngoyo dalam menulis. Semuanya dijalani dengan mengalir,” ujar lelaki kharismatik ini.
Dengan rendah hati pensiunan PNS dengan tugas terakhir sebagai Pengawas merangkap Korwil Pendidikan Kecamatan Boureno ini mengaku dirinya tidak pernah mengkhususkan diri untuk mengejar inspirasi untuk melahirkan karya. Yang sering dialami, puluhan tahun menggeluti dunia kepenulisan, inspirasi itu tiba-tiba datang sendiri. Setiap saat. Datangnya pun bisa disetiap tempat.
Satu kebiasaan yang selalu dilakukan, jika inspirasi itu tiba-tiba muncul, dirinya lantas menuliskan ide yang menjadi bahan awal tulisannya itu dinotes atau handphone. Jika kebetulan dua ‘senjatanya’ itu lupa dibawa, dirinya akan menulis dilembaran kertas seadanya. Bahkan dalam kondisi darurat bisa ditulis ditelapak tangan.
“Yang pasti inspirasi yang datang tadi harus disimpan (ditulis) jangan sampai hilang. Baru nanti dirumah dibuat tulisan,” ujar Nono yang tinggal di Perumahan Gajah Indah, Desa Gajah,Kecamatan Boureno, Bojonegoro itu.
Nono Warnono bersama keluarga (foto: istimewa)
Karena kebiasaan menunggu tanpa harus mencari inspirasi itu, Nono mengaku seringkali sangat produktif dalam menulis, namun juga sering tidak melahirkan karya sama sekali.
“kadang diwaktu yang sama tulisan saya bisa dimuat bersamaan di majalah atau koran, Kadang termuat satu dua, namun juga sering kosong blong,” ucapnya sambil tersenyum.
Kemampuan Nono dalam menulis terbentuk dari kebiasaan membaca yang sudah dilakukan sejak kecil. Saat di SD hingga SMP buku-buku di perpustakaan sekolah dilahap semua. Dirinya bahkan rela menyisihkan uang sakunya untuk membeli buku, demi memuaskan dahaga ilmu.
Dari kebiasaan membaca itu, menuntun nalurinya untuk bisa menghasilkan karya tulis. Mulai menulis sejak SMP dan menginjak SMA hasil karya tulisnya satu persatu mulai menghias media massa.
Hobi membaca itu menjadikan candu. Hingga saat ini ribuan buku dari berbagai genre tersimpan di perpustakaan pribadi rumahnya.
“Selain mengasah daya pikir, buku bacaan juga menjadi refrensi untuk berkarya tulis,” terang Nono yang juga pranatacara ternama ini.
selain terus mengoleksi buku, selama belasan tahun Nono juga berlangganan majalah berbahasa jawa yang masih eksis terbit seperti Jaya Baya, Panjebar Semangat, dan Djaka Lodhang. Menurut mantan penyiar radio Handayani FM dan Radio Sinta FM itu, berlangganan majalah berbahasa jawa, selain wujud kecintaan pada literasi jawa juga pengejahwentahan dari turut melestarikan budaya dan sastra jawa.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait