Beberapa desa di kaki Gunung Kawi, seperti Dusun Gendogo, Wonosari, Banjarejo, dan Ngantang, masih mempertahankan kearifan lokal yang kental dengan nuansa spiritual. Ritual bersih desa, sedekah bumi, dan larung sesaji di beberapa titik sumber air masih rutin dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan penjaga alam.
Tidak sedikit pula pelaku spiritual dan peziarah yang datang bukan untuk pesugihan, melainkan untuk meditasi dan mencari ketenangan batin. Mereka percaya bahwa Gunung Kawi memiliki “energi” spiritual tinggi karena merupakan titik pertemuan berbagai kekuatan alam dan sejarah masa lalu.
Potensi Wisata Sejarah dan Religi
Meski selama ini Gunung Kawi dikenal karena citra mistisnya, potensi wisata sejarah dan religi di kawasan ini sebenarnya sangat besar. Jika pemerintah dan masyarakat setempat mampu mengemas jejak sejarah Gunung Kawi sebagai situs warisan budaya—dengan narasi yang kuat—bukan tidak mungkin Gunung Kawi bisa sejajar dengan tempat-tempat bersejarah lain di Indonesia.
Namun, untuk mewujudkan itu, dibutuhkan penelitian arkeologis lebih lanjut, dokumentasi sejarah yang kuat, dan pelestarian situs-situs penting yang saat ini belum tergali sepenuhnya.
Gunung Kawi adalah saksi bisu dari perjalanan panjang peradaban Jawa—tempat bertemunya sejarah, spiritualitas, dan mitos yang hingga kini masih hidup dalam masyarakat. Dia bukan hanya gunung para pencari kekayaan, tetapi gunung para pencari makna.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait