“Ada warga kita yang membocorkan ke Belanda mengatakan ada pasukan gerilyawan ini berada di lembah hutan Kalijahe. Kan memang warga sendiri ada yang pro dan kontra Belanda. Jadi mungkin Belanda ini bisa memprovokasi untuk menjadi mata – mata,” kata Eko.
Selama dua hari, pasukan Belanda menyerang dari atas bukit dengan senapan otomatis dan granat, sedangkan pejuang Indonesia hanya bersenjata senapan rampasan. Hujan dan kabut semakin menyulitkan perlawanan.
“Hasilnya ya dari ratusan pasukan itu 38 pejuang kita gugur, sementara yang selamat diperkirakan 150 orang, tapi akhirnya mundur dan melarikan diri melalui sungai menuju kampung,” ucap Eko.
Meski banyak korban, pertempuran ini mengalihkan perhatian Belanda, sehingga pasukan Abdul Syarif dan Samsul Islam dari Poncokusomo berhasil menuju Probolinggo dan Pasuruan.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait