Kisah Simbolis Relasi Bangsawan dan Ulama Pangeran Diponegoro dan Kiai Mojo

Avirista Midaada
Pangeran Diponegoro memiliki hubungan dekat dengan Kiai Mojo layaknya santri dan guru. Sosoknya berperan penting mendidik Pangeran Diponegoro dan keluarganya. Foto/Ist

Pangeran Diponegoro memiliki hubungan dekat dengan Kiai Mojo layaknya santri dan guru. Sosok Kiai Mojo konon memiliki peran penting dalam mendidik Pangeran Diponegoro dan keluarga sang pangeran. 

Tak hanya Pangeran Diponegoro saja yang dekat dengan sang kiai, konon putra sulung Pangeran Diponegoro, Pangeran Diponegoro II, yang kemudian mengambil nama santri Raden Mantri Muhammad Ngarib juga memiliki kedekatan. 

Setelah melakukan perjalanan yang panjang ia memutuskan belajar pada seorang guru di Surakarta, Kiai Mojo. Konon tak ada lain guru-guru yang telah dikunjunginya di sekitar ibu kota kesultanan.

Saat itu posisi Surakarta memang menjadi pusat pembelajaran agama islam. Alhasil sebagaimana dituliskan Peter Carey pada "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 - 1855", posisi Kiai Mojo pun menjadi lebih penting di antara para santri pendukung Diponegoro. 

Hal ini turut membakar ketegangan laten antara para pengikut bangsawan dan santri Sang Pangeran. Para bangsawan, yang hampir semuanya orang Jogja, cenderung memandang Kiai Mojo dan para ulama Surakarta lain dengan penuh curiga. 

Sikap curiga sebaliknya juga dirasakan para santri Surakarta terhadap bangsawan Jogja. Akan tetapi, itu semua baru terjadi nanti di kemudian hari. 

Sebab pada awal 1800, hubungan-hubungan pribadi Pangeran Diponegoro masih terbatas pada wilayah di sekitar Yogyakarta saja. Semua masih tetap seperti ini hingga masa jabatan Residen Belanda HG Nahuys Van Burgst.

Konon di masa residen Belanda Nahuys itulah, Pangeran Diponegoro untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar wilayah Yogyakarta. 

Sang pangeran berjalan kaki sekitar 40 kilometer lewat jalan-jalan belakang pedesaan ke Desa Mojo, untuk mencari putra sulungnya yang menjadi murid kiai guru itu. 

Segera setelah itu, Kiai Mojo ganti mengunjungi Diponegoro di Tegalrejo. Menurut Pangeran, hal ini dilakukan tanpa pemberitahuan dan undangan, tidak lama setelah Sang Pangeran pulang kembali dari semadi bulan puasa pribadinya di Selarong. 

Kelak, hubungan antara Diponegoro dengan Kiai Mojo akan banyak berarti bagi keduanya, dan selama Perang Jawa akan menjadi semacam kutukan dan inspirasi pun bagi Diponegoro pun juga sang penasihat agamanya.

Editor : Prayudianto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network