Diakuinya, terjun menjadi penulis terbilang terlambat. Baru dipungkasan tahun 2012 dirinya menggoreskan pena saat usinya merangkak 40 tahun. Semua beban yang mengganjal dihati dituangkan dalam tulisan.
Semula hanya untuk dokumen pribadi, Namun disuatu waktu dorongan untuk mengirimkan tulisan itu begitu kuat melecut benaknya.
Naskah berupa roman berbahasa jawa itu, dikirimkan dimedia berbahasa jawa majalah Jaya Baya. Dan termuat. Dari situ yang mendorong semangat penulis wanita yang tinggal di Dusun Krajan 3 RT 3/RW 14 Desa Keting,Kecamatan Jombang,Kab.Jember terus membuncah menyesaki dadanya.
Eni Siti Nurhayati di kegiatan sastrawan Jawa Nusantara
Beberapa cerita bersambung ibu dengan dua anak bernama Farah Aida Ilmiatul Kulsum,M.Par dan Salman Al Farisi Zamzam,S.TTr ini sudah termuat dimajalah berbahasa jawa.
Sedangkan 10 novel yang sebagian besar berbahasa jawa telah diterbitkan dantaranya , “Kadhung Kepencut” (2016), “Ngrembuyunge Kembang Tresna “(2016),”Gogroge Kembang Tresna” (2017), “Timbangan Tresna” (2017),”Prasasti “(2018), “Mereka Memanggilku Kandhi Kuprit “(2018), “Zonasi Tresna” (2020), “Rok Merah Buat Adinda”(2020) (Cerit anak dwi bahasa), “Prasasti” (2024)dan “Tresna Gumelar” (2024) selain itu juga menerbitkan belasan buku antologi bahasa jawa dan Indonesia.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait
