Yuda Rehata Yudistrira mengatakan, pameran dan penelitian ini penting untuk ilmu pengetahuan serta mendata keaneagaraman hayati di Papua.
Dalam waktu dekat Yuda juga akan melakukan penelitian di Nusa Tenggara Timur.
“Pegunungan Arfak di ketinggian lebih dari 2000 mdpl memberi keragaman anggrek yang sangat tinggi. Banyak anggrek yang saya temukan di sana dan baru pertama kali saya lihat. Meski sudah banyak para taksonom yang ke sana sejak abad ke-19, namun saya yakin masih banyak jenis baru yang menunggu kita temukan,” kata Yuda.
Sementara itu, menurut Titik, kerja-kerja para taksonom dan penemuan mereka hendaknya bisa “dibumikan” dengan bahasa awam sehingga semua orang bisa membaca.
Sudah banyak publikasi jurnal taksonom Indonesia menemukan anggrek jenis baru, namun pembacanya hanya kalangan terbatas.
“Saya berharap, akan lebih banyak temen-temen jurnalis yang bisa berkolaborasi dengan para peneliti. Selain kita bisa belajar langsung di lapang, kita juga bisa menjadi jembatan informasi untuk publik dengan bahasa populer. Harapannya, makin banyak pembaca mengenal keragaman hayati, makin sadar dengan konservasi hutan hujan di Indonesia,” kata Titik.
Karya ilmiah pemuda yang tinggal di Sumedang ini telah dipublikasikan di sejumlah jurnal internasional.
Editor : Prayudianto