Tuban, InewsTuban.id - Sayup sayup terdengar sajak-sajak Chairil Anwar menyeruak diantara kerumunan lebih dari 100 pemuda, di sebuah pinggiran Jalan Protokol, Tuban, Jalan Basuki Rahmat.
Yaa..sajak-sajak penyair besar angkatan ’45 itu begitu menggema di gemerlap malam yang dingin menusuk daging. Meski udara dingin, tak menyurutkan sedikitnya 150 pemuda, dalam peringatan 100 tahun kelahiran Chairil Anwar, sastrawan besar yang dimiliki republik ini.
Sebagian pemuda lain sedang asyik dan bergairah, saat membacakan puisi-puisi yang penuh dengan nuansa perjuangan kemerdekaan Indonesia, dipertengahan tahun 45-an itu, karena memang sajak-sajak Chairil Anwar, lahir menjelang Indonesia merdeka ditahun 1945.
Apalagi irama syahdu musikalisasi puisi yang mengalun manja itu, menambah kemerduan senja yang telah pulang ke peraduan malam.
Sajak-sajak yang ditulis Chairil Anwar, adalah milik semua orang untuk dibacakan dan untuk menggairahkan puisi. Inisiator peringatan se-abad kelahiran Chairil Anwar, Fuady Kresna mengatakan, bahwa ia mengundang sejumlah pemuda untuk kembali membacakan sajak-sajak Chairil Anwar.
Ratusan pemuda-pun hadir untuk mengenang penyair Chairil Anwar. Lalu meluncurlah sajak-sajak seperti : Nisan, Kepada Kawan, Sia-sia, Derai-derai Cemara, Senja di Pelabuhan Kecil, Doa, Tak Sepadan, Persetujuan Dengan Bung Karno, Cinta dan Benci, Sajak Putih, dan puisi yang sangat fenomenal, yaitu Karawang Bekasi.
“kita bumikan kembali puisi, kita buat lagi puisi sebagai ruang-ruang tiga dimensi, cukup ramai sekali, ada sekitar 150 orang, harapannya disini di Tuban bisa kembali merasa bergairah dengan dunia ke-puisian, bisa saling menghargai,” ujar Fuady Kresna, inisiator peringatan se-abad Chairil Anwar.
Yang membacakan sajak-sajak penyair besar sajak Chairil Anwar tidak hanya dari komunitas seni dan sastra saja. Namun sejumlah pemuda lain juga turut menyemarakkan peringatan 100 tahun kelahiran Chairil Anwar itu.
Diantaranya dari pecinta Sneakers, pecinta kopi, pemilik brand kaos, designer interior, ilustrator media, komunitas motor, ASN, guru ngaji dan anak-anak muda yang melakukan usaha dibidang kreatif lainnya.
Sambil mendengarkan puisi-puisi Chairil Anwar yang menggelegar itu, hangatnya kopi pun terseruput di bibir para pemuda, di halaman Cafe Berdua yang sedang melanjutkan kesibukan temaram malam yang merdu itu.
Editor : Prayudianto