TUBAN, iNewsTuban.id - Curah hujan tinggi menyebabkan produksi krupuk di Kabupaten Tuban, Jawa Timur merosot hingga 30 %. Pproses pengeringan alami dibawah terik matahari tidak dapat dilakukan, sehingga harus menggunakan mesin oven. Akibatnya keuntungan penjualan turun drastis, karena biaya produksi juga membengkak.
Sekilas tidak ada masalah dengan pabrik Krupuk Lembang di Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Usaha kecil menengah ini tetap menjalankan aktifitas produksi krupuk, untuk memenuhi pesanan pelanggan. Namun jika diamati, jumlah produksi krupuk terus mengalami penurunan hingga 30 %.
Penyebabnya tak lain adalah curah hujan yang tinggi. Sejak sebulan terakhir, para pekerja kesulitan mengeringkan krupuk yang telah dicetak di bawah terik panas matahari. Tanpa panas alami, proses pengeringan terpaksa harus dilakukan dengan menggunakan mesin oven berbahan bakar gas LPG.
Akibatnya, produksi krupuk menurun drastis dari biasanya 6 ton per hari, menjadi 4 ton per hari. Lebih dari itu, biaya produksi juga membengkak, untuk membeli gas LPG dan honor lembur pekerja. Dalam sehari sedikitnya 12 tabung gas LPG 3 Kg dibutuhkan untuk mengeringkan krupuk.
Meski demikian, produsen krupuk enggan menaikan harga. Seribu Pcs Krupuk Lembang masih tetap di jual Rp. 170.000,-. Dampaknya keuntungan produsen krupuk tergerus hingga 25 %.
“kendala di musim hujan ini yaitu hujan mendadak, jadi harus masuk oven semua, biasanya musim kemarau sehari sudah kering, ini kalau hujan harus dikeringkan dengan mesin oven dan menambah biaya gas lpg 1 tabung,” ujar Mohamad Prayitno, pengelola pabrik krupuk.
Berkurangnya produksi krupuk berpengaruh terhadap distribusi penjualan. Produsen mengutamakann distribusi krupuk untuk para pelanggan setia, seperti rumah makan dan warung-warung. Mereka berharap tidak terjadi lonjakan harga bahan baku, sehingga dapat bertahan setidaknya hingga musim penghujan berakhir.
Editor : Prayudianto