TUBAN, iNewsTuban.id - Hektaran tanaman padi di wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur rusak akibat terendam banjir luapan Sungai Bengawan Solo. Para petani terpaksa memanen padi lebih awal, dari yang dijadwalkan agar tidak busuk. Kondisi ini membuat hasil panen para petani merosot
Banjir luapan Sungai Bengawan Solo merendam hektaran tanaman padi yang ada di Desa Patihan, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. Seperti yang terpantau di lokasi banjir, sejumlah petani sibuk memanen tanaman padi yang terendam banjir. Mereka terpaksa memanen padi lebih awal agar padi tidak busuk.
Kondisi ini salah satunya seperti yang di alami Kasiyati (60) salah satu petani yang ada di desa setempat. 250 meter persegi tanaman padinya rusak akibat terendam banjir, akibat luapan Sungai Bengawan Solo.
Kasiyati harus memanen padinya dengan menggunakan pelepah pisang, agar tanaman padi tidak tenggelam dan terendam genangan air banjir. Padi yang sudah dipotong akan diletakkan di atas pelepah pisang, kemudian didorong ke daratan.
Kondisi ini menyebabkan hasil panen para petani padi merosot. Sebelumnya, dalam sekali panen tanah seluas 250 meter persegi ini mampu menghasilkan 10 sak gabah. Namun pada panen kali ini diperkirakan hanya mendapat 8 sak gabah.
Menurut Kasiyati, banjir ini disebabkan Waduk Gajah Mungkur yang ada di hulu Sungai Bengawan Solo dibuka beberapa hari lalu, sehingga air sungai meluap dan membanjiri seluruh area yang ada di sekitar sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
“ini padinya kebanjiran, akhirnya dipanen lebih awal, kalo gak dipanen lebih awal bisa busuk, airnya sedada orang dewasa, harganyapun turun, banjirnya karena waduk gajah mungkur dibuka dan air luapan bengawan solo kesini,” ujar Kasiyati, petani setempat.
Banjir kali ini merupakan banjir terparah yang pernah terjadi di desa setempat. Tak hanya sawah milik Kasiyati, beberapa sawah yang ada di daerah setempat juga rusak diterjang banjir.
“ini sedang mandi, airnya diatas kepala, ini air dari luapan bengawan solo, sebelumnya sawah,” kata Faza, warga yang lain.
Banjir yang merendam area persawahan di desa setempat sejak 3 hari terakhir ini memiliki ketinggian bervariasi. Mulai dari selutut, setinggi dada orang dewasa, bahkan mencapai ketinggian di atas kepala.
Editor : Prayudianto