get app
inews
Aa Text
Read Next : Ground Breaking, NWP Property Hadirkan Citi Mall Sebagai Pusat Perbelanjaan Modern Pertama di Tuban

Murtitomo Waskita Tunggal, Kasepuhan Orang Jawa Penghayat Kehidupan Budaya nan Adiluhung

Kamis, 15 Juni 2023 | 20:07 WIB
header img
Para penghayat Murtitomo Waskita Tunggal saat bersama anggota DPRD Jawa Timur Nur Azis

TUBAN, iNewsTuban.id – Jawa memiliki peninggalan budaya yang sangat luas dan adiluhung. Salah satu peninggalan leluhur Jawa adalah kaum penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu penghayat yang masih lestari hingga saat ini adalah Murtitomo Waskita Tunggal. Baru-baru ini, disalah satu rumah di Jl. Sumurkembang, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, komunitas penghayat Murtitomo Waskita Tunggal mengadakan pertemuan yang akan membahas peringatan 1 syuro, tahun 1957 tahun Jawa, atau pertemuan rutin itu biasa disebut pertemuan senin wage malem seloso kliwon.

Ketua paguyuban Murtitomo Waskita Tunggal, Sandono kepada awak media mengatakan, bahwa saat ini anak-anak muda kurang berminat terhadap budaya peninggalan leluhur orang Jawa. Ia menyayangkan jika anak-anak muda di Indonesia kurang mengenal dan menghayati budaya-budaya leluhur peninggalan pendahulu.

Sandono berharap, Murtitomo Waskita Tunggal sebagai orang-orang kasepuhan terus bersosialisasi kepada anak-anak muda, agar tertarik dan  turut melestarikan budaya leluhur yang sangat adiluhung itu. Anak-anak muda juga bisa turut berkegiatan karena dalam kegiatan kasepuhan juga banyak nilai positifnya. Salah satunya adalah orang-orang kasepuhan bisa “menep” nafsunya, atau bisa menahan hawa nafsunya.


“harapan saya anak mudapun mau memahami dan mau ikut nimbrung, karena dalam kegiatan kasepuhan ini banyak nilai poitifnya, nilai yang bisa diambil yang pertama adalah orang itu bisa menep nafsunya, bisa menahan hawa nafsunya,” ujar Sandono.

Sandono menambahkan, bahwa kebanyakan orang-orang kasepuhan tidak ongso ongso. Misalnya ada kebijakan pemerintah yang kurang adil di masyarakat, maka orang penghayat tidak ada yang mengeluh, apalagi sampai melakukan aksi demonstrasi turun ke jalan, yang kalau dipandang kurang elok, dan bukan merupakan ajaran budaya bangsa Indonesia.

Murtitomo Waskita Tunggal pertama kali didirikan pada tahun 1918, oleh Raden Syahid Alap Alap Sambernyowo, bangsawan keturunan Keraton Surakarta. Tujuan dari Alap Alap Sambernyowo mendirikan Murtitomo Waskita Tunggal adalah sebagai upaya untuk perjuangan melawan penjajah Belanda, baik di tanah Jawa maupun di Nusantara secara keseluruhan. Pada awalnya Murtitomo Waskita Tunggal memang hanya ada di Jawa, namun seiring berjalannya waktu, komunitas penghayat tersebut akhirnya berkembang hingga ke Bali, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Ambon hingga Papua.
 


Alap Alap Sambernyowo terkenal tegas dengan caranya melawan Belanda, yakni dengan teknik perangnya memakai pasukan batu, dan juga pasukan lebah. Batu yang tempatnya diatas gunung, langsung dipotong lalu diterjunkan kepada pasukan Belanda yang berada dikaki gunung.

Sementara itu dalam kegiatan tersebut, Murtitomo Waskita Tunggal kedatangan seorang tokoh, yaitu Nur Azis, anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, yang juga peduli terhadap orang-orang kasepuhan atau penghayat. Orang-ornag kasepuhan juga berharap kepada Nur Azis agar turut turun ke kasepuhan, agar mengtahui bahwa orang-orang kasepuhan mempunyai nilai lebih dan positif dalam penghayatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

“paling tidak kita juga ingin menanamkan budaya yang adiluhung ini kepada anak cucu kita, agar tetap lestari,” imbuh Sandono.


Nur Azis yang mendapat undangan dari Murtitomo Waskita Tunggal, dan juga sebagai bagian dari kultur masyarakat Jawa, menyampaikan bahwa pentingnya orang berketuhanan, bermasyarakat dan bernegara yang baik.

Politisi dari Partai kebangkitan Bangsa ini berpesan, bahwa sebagai masyarakat, nilai-nilai bernegara dan berketuhanan itu sangat penting dan harus ditingkatkan dalam bentuk apapun.

“saya paresiasi dan sangat mendukung kegiatan masyarakat ini sebagai unsur budaya yang ada di Jawa Timur dan di Indonesia umumnya, ini juga harus lestari kita kembangkan sebagai bentuk peninggalan leluhur kita, karena dengan kegiatan ini ternyata dulu sangat bisa memperkokoh kesatuan dan ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” ucap Nur Azis.

Editor : Prayudianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut