get app
inews
Aa Read Next : SRPB Jatim Berangkatkan Dua Tim Respon Gempa Bawean

12 Fakta Gempa Bawean Jawa Timur, M5,9 dan M6,5 Pada 22 Maret 2024

Senin, 25 Maret 2024 | 09:43 WIB
header img
Peta sebaran Gempa Bawean hingga senin (25/03) pukul 00:00, tercatat gempa susulan sebanyak 257 kali.

TUBAN, iNewsTuban.id – Terungkap ada 12 fakta terkait gempa bumi yang berpusat di Bawean, Gresik, jumat (22/03). Atau tepatnya di Lok : 5,74 LS, 112,32 BT, 132 Kilometer Timur Laut Tuban, Jawa Timur. Ke 12 fakta gempa bumi tersebut diungkapkan oleh Daryono, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

 

Berikut ke-12 fakta terkait gempa bumi yang berpusat di Bawean tersebut :

 

Fakta pertama, Gempa Bawean berkekuatan M5,9 dan M6,5 pada 22 Maret 2024 merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser/mendatar (strike-slip) di Laut Jawa.

 

Fakta ke-2, gempa yang bersifat merusak/destruktif. Gempa ini menimbulkan dampak kerusakan bangunan tidak hanya di Pulau Bawean, tetapi keruskaan akibat gempa juga terjadi di Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru.

Ke-3, gempa dengan guncangan spektrum luas. Dampak guncangan Gempa Bawean ini dirasakan hingga jauh meliputi daerah Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo. Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen,

 

Ke-4, gempa tidak berpotensi tsunami. Hasil pemodelan tsunami BMKG menunjukan bahwa Gempa Bawean tersebut tidak berpotensi tsunami. Data lapangan hasil monitoring muka laut dengan menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan muka laut yang normal tanpa ada anomali catatan tsunami. Tampaknya gempa magnitudo M6,5 belum dapat menimbulkan deformasi dasarlaut yang dapat mengganggu kolom air laut, disamping mekanisme sumber gempanya yang berupa sesar geser/mendatar tidak produktif dalam membangkitkan tsunami.

 

Sedangkan fakta ke-5, Gempa Bawean berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah (low seismicity). Sehingga masyarakat awam menilai Gempa Bawean sebagai “gempa tidak lazim”, karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal, Selama ini wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam (deep focus) akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500-600 km.

 

Fakta ke-6, Gempa Bawean berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus. Wilayah Laut Jawa utara Jawa Timur secara geologi dan tektonik berada pada zona Sesar Tua Pola Meratus yang mengindikasikan keberadaan jejak sesar-sesar/patahan yang berusia tua. Gempa Bawean membuktikan bahwa ternyata jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sekaligus menjadi pengingat kita untuk selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat Pulau Bawean yang berpenduduk. Gempa dapat berulang dan terjadi kapan saja. Meskipun termasuk dalam zona kegempaan rendah, Laut Jawa utara Jawa Timur tetap memiliki potensi gempa karena secara geologi dan tektonik terdapat jalur Sesar Tua Pola Meratus. Sulit untuk mengatakan sebuah zona sesar tua (sutur) disebut stabil dan aman dari gempa, karena sudah banyak bukti aktivitas gempa yang terjadi di zona stabil dimana terdapat sutur, contohnya di Benua Australia, USA dll. Meskipun masih dalam perdebatan terkait “residual stress” tetapi fakta menunjukkan bahwa bahwa zona stabil masih bisa terjadi gempa dimana energi gempa sangat mungkin terbangun dari “super slow stress accumulation”.

 

Fakta ke-7, Gempa Bawean dipicu reaktivasi sesar tua. Episenter Gempa Bawean ternyata terletak tepat di jalur sesar yang sudah terpetakan. Jika mencermati lokasi pusat Gempa Bawean, tampak episenternya terletak tepat pada jalur Sesar Muria (Laut) menurut paper yang dipublikasikan Peter Lunt (2019). Jalur sesar ini berada di zona Sesar Tua Pola Meratus. Salah satu jalur sesar di zona Pola Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa.

 

Ke-8, “Gempa susulan” lebih besar. Gempa Bawean memiliki “susulan” dengan magnitudo lebih besar (M6,5) dari gempa pertama (M5,9). Hal ini bisa terjadi karena asperity (bidang bakal geser di bidang sesar) yang ukurannya lebih besar (M6,5) mengalami pecah belakangan, salah satunya karena dipicu tekanan dari gempa pertama (M5,9) dengan aspertity yang ukurannya relatif lebih kecil. Bidang sesar yang pecah pertama kali (first rupture) adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah, sehingga mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka (foreshock)

 

Fakta ke-9, Gempa susulan cukup banyak. Hal ini disebabkan karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan yang batuannya bersifat heterogen sehingga mudah rapuh patah. Berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuan bersifat homogen dan elastik sehinga biasanya miskin gempa susulan bahkan terkadang tidak diikuti gempa susulan meskipun magnitudo gempanya cukup besar. Gempa susulan lazim terjadi pasca terjadi gempa kuat dan bukan untuk ditakuti. Banyaknya gempa susulan justru dapat memberi informasi peluruhan gempa sehingga kita dapat mengestimasi kapan berakhirnya gempa susulan. 

 

Ke-10, Gempa Bawean Mulai Meluruh. Hasil monitoring BMKG hingga Minggu pagi (24) pukul 10.00 WIB tercatat sebanyak 239 kali gempa, dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang. Jika hari Jumat (22/3) dalam satu jam dapat terjadi 19 kali gempa, maka data terkini Minggu (24/3) menunjukkan dalam 1 jam terjadi 2-3 kali gempa. Semoga kondisi tektonik sumber gempa di Bawean segera stabil dan aman kembali.

 

Ke-11, Gempa Bawean menambah catatan gempa kuat di Laut Jawa. Sejarah gempa kuat di Laut Jawa tidak banyak, hanya 4 kali yaitu pada 1902, 1939, 1950 dan terkini 2024.  

 

Dan fakta ke-12, Gempa Bawean memberi pelajaran penting. Ancaman gempa merusak di Jawa Timur tidak hanya berasal dari selatan yaitu sumber gempa subduksi lempeng/megathrust dan sesar-sesar aktif di daratan, tetapi ternyata juga dari sumber-sumber gempa di Laut Jawa di utara Jawa Timur.

 

“Gempa Bawean berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus. Wilayah Laut Jawa utara Jawa Timur secara geologi dan tektonik berada pada zona Sesar Tua Pola Meratus yang mengindikasikan keberadaan jejak sesar-sesar/patahan yang berusia tua. Gempa Bawean membuktikan bahwa ternyata jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sekaligus menjadi pengingat kita untuk selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat Pulau Bawean yang berpenduduk. Gempa dapat berulang dan terjadi kapan saja. Meskipun termasuk dalam zona kegempaan rendah, Laut Jawa utara Jawa Timur tetap memiliki potensi gempa karena secara geologi dan tektonik terdapat jalur Sesar Tua Pola Meratus,” ujar Daryono, melalui rilisnya.

 

Editor : Prayudianto

Follow Berita iNews Tuban di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut