TUBAN, iNewsTuban.id – Suatu sore yang cerah, tampak ratusan warga berkumpul dalam satu arena perjamuan di sudut Desa Ngujuran, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Di sebuah Punden Dusun Bangsri, Desa Ngujuran, ratusan warga tersebut sedang melaksanakan hajatan dusun yaitu seperti yang lazim kita kenal dengan istilah sedekah bumi.
Sedekah bumi merupakan upacara adat yang melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan keberkahan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil buminya. Sedekah bumi sangat populer di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Sementara itu di Dusun Bangsri, Desa Ngujuran, Bancar, setiap tahun sedekah bumi tersebut dilaksanakaan dua kali, dan yang terakhir pada setiap rabu pon bulan syuro. Sedekah bumi atau manganan di Dusun Bangsri tersebut, selalu diakhiri dengan pertunjukan kesenian Sindhiran atau Langen Tayub.
Dalam pagelaran Langen Tayub, sekitar 10 orang laki-laki berbaris teratur sambil membawa selendang siap menari, atau yang biasas disebut Pengibing. Mengikuti irama gendhing Jawa, para pengibing menari teratur dengan kaki agak ditekuk, dan kedua pergelangan tangan mulai menggerak-gerakkan selendang.
Alunan gendhing yang mengalun dari Sindhir, membawa suasana tenteram bagi suasana seluruh desa yang sedang melaksanakan sedekah bumi. Di Dusun Bangsri, Desa Ngujuran ini, mendatangkan grup kesenian Langen Tayub Setiyo Budoyo, dari Desa Wangi, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban. Dua penari atau Waranggono didatangkan dari Bojonegoro dan Jatirogo.
Menurut Kepala Dusun Bangsri, Desa Ngujuran, Anwar, tradisi sedekah bumi di dusunnya dilakukan dua kali, pertama sebelum bulan syuro dan yang kedua pada rabu pon awal bulan syuro.
“ini merupakan kegiatan rutinan di bulan syuro, memperingati hari sedekah bumi, nguri nguri kabudayan, bentuk acaranya itu langen tayub, kita menumbuhkan rasa seni dan agar kebudayaannya itu tidak hilang, ini merupakan sedekah bumi dusun yang dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun, pundennya punden Dusun Bangsri,” ungkapnya.
Anwar berharap, dengan diadakannya kesenian Langen Tayub ditengah-tengah warga desa yang sedang melakukan sedekah bumi, untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap seni tradisi yang berasal dari kearifan lokal desa atau wilayahnya. Kesenian Langen Tayub memang kerap dijumpai dan sering mewarnai kegiatan hajatan bagi warga Kabupaten Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Nganjuk, Kediri hingga Tulungagung.
Anwar juga berharap dengan adanya kesenian tradisional Langen Tayub, agar warga desa lebih mengenal Langen Tayub agar tidak punah didera kesenian modern dari bangsa lain.
“harapannya semoga masyarakat kita lebih mengenal Langen Tayub agar tidak punah, soalnya seiring perkembangan jaman dan seni itu merupakan tradisi agar tidak hilang, kita nguri-nguri kebudayaan dengan cara sedekah bumi yang sudah langka ini,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala Desa Ngujuran, Sudi mengatakan, kegiatan sedekah bumi tersebut dilakukan di hari rabu pon bulan Syuro, atau di awal bulan Syuro. Sesuai kebiasaan warga desa setempat, setiap kali digelar acara sedekah bumi, juga selalu menampilkan kesenian tradisional Langen Tayub. Sedekah bumi tersebut digelar untuk mensyukuri nikmat dan berkah rejeki dari Tuhan Yang maha Esa, atas limpahan dan karunianya terhadap kemakmuran warga Desa Ngujuran selama ini.
“acara sedekah bumi suronan, dihari rabu pon syuro, tiap rabu pon bulan syuro, yaa disini kebiasaan tiap sedekah bumi sindhiran atau langen tayub, sebelum-sebelumnya juga sudah begitu, ini sindhirnya dari Bojonegoro dan Jatirogo, ini yang disedekahi punden, namanya punden Bangsri,” kata Sudi saat ditemui seusai pagelaran sindhir di Punden Dusun Bangsri.
Editor : Prayudianto