TUBAN, iNewsTuban.id - Seorang difabel asal Kabupaten Tuban, Jawa Timur, bertahan hidup dengan membuat kerajinan anyaman tumbu atau besek, dari daun lontar.
Ia membuat anyaman Tumbu sebagai wadah jajanan atau makanan, sekedar untuk menyambung hidup, setelah ia terjatuh dari pohon siwalan saat mengambil legen 25 tahun lalu.
Penghasilan sebagai pembuat anyaman Tumbu yang tak seberapa, dirasakannya sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan rejeki untuk meniti perjalanan hidup yang masih Panjang.
Inilah keseharian Supono yang untuk mengisi waktu luangnya, dengan manfaatkan membuat kerajinan anyaman Tumbu atau Besek.
Tumbu dalam bahasa Jawa adalah wadah untuk jajanan jenang siwalan atau makanan ringan lainnya, seperti kue maupun tape.
Sambil duduk di atas ranjang sederhana, pria asal Desa Kowang, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur ini, memulai membuat anyaman Tumbu dari daun lontar atau daun dari pohon Siwalan.
Memanfaatkan banyaknya pohon Siwalan di desanya, pria 54 tahun ini, mencoba mencari penghasilan dari membuat anyaman Tumbu.
Maklum, Supono tidak lagi bisa bekerja seperti orang normal pada umumnya. Sebab pasca terjatuh dari pohon Siwalan di tahun 1999 lalu itu, praktis membuat dirinya tidak bisa berjalan.
Kakinya yang mengalami lumpuh pasca terjatuh, membuat Supono harus berpikir keras untuk menyambung hidup, karena sebelumnya sebagai pencari legen yang mewajibkan ia naik dari pohon satu ke pohon lainnya, kini tak bisa ia lakukan lagi.
Dalam sehari, Supono mampu membuat tumbu sekitar 25 biji. Pembelinya adalah warga sekitar yang membutuhkan Tumbu untuk wadah kue, yang kemudian dijual lagi di toko oleh-oleh atau tempat tempat wisata di Kabupaten Tuban.
Satu biji Tumbu berbentuk kubus atau berukuran sekitar 10 centimeter persegi ini, menghabiskan waktu sekitar sepuluh menitan. Satu tangkup atau satu pasang Tumbu, dijual Supono seharga Rp. 5.000.
“ini saya beli tumbu, saya beli tiga puluh biji ini, ini untuk wadah kue atau jajanan untuk saya jual di pasar Sunan Bonang, saya sudah langganan disini, tiga hari sekali saya beli tumbu disini,” ungkap Siti Maulidiawati, pembeli Tumbu daun lontar.
Yang membuat Supono lebih bersyukur lagi, bahwa bahan baku daun lontar yang cukup melimpah dikampungnya, sehingga ia tak perlu membeli bahan baku lagi. Semuanya tinggal ambil saja.
Sementara untuk bahan baku daun Lontar, Supono dibantu saudaranya yang mencari daun Lontar dari pohon siwalan yang ada dipekarangan tak jauh dari rumahnya.
Sebelum dianyam, daun Lontar ini dijemur terlebih dahulu selama sekitar 2 hari hingga kering, sehingga bisa dengan mudah untuk dianyam.
“ini membuat tumbu, setiap hari membuat Tumbu, ini dari daun pohon Siwalan dari kebun sini, banyak, ini untuk wadah jenang siwalan, setiap hari dua puluhan biji, setiap biji sepuluh menit, sudah setahunan, ini jatuh dari pohon siwalan tahun 1999 saat nderes legen,” ungkap Supono.
Dengan keterbatasan fisik, tak membuat Supono berpangku tangan berharap uluran tangan dari sesame. Namun Supono tetap berjuang untuk sekedar bertahan hidup dengan caranya sendiri yang bisa ia lakukan.
Selain membuat Tumbu untuk wadah Jenang Siwalan, Supono juga membuat kerajinan anyaman Tumbu untuk wadah buah delima yang bentuknya lebih besar lagi.
Editor : Prayudianto