Pada bayangan mereka, pasukan danau itu terdiri atas makhluk berbadan besar dan berbulu lebat dengan pekik sorak mengerikan yang menggentarkan semangat. Gambaran ini tidak seluruhnya benar. Memang pasukan Danau Minahasa memiliki keberanian dan semangat tempur yang tinggi.
Mereka menempatkan boneka-boneka berbentuk manusia yang terbuat dari kulit batang pohon sagu yang ditaburi lumut, di haluan perahunya sebagai perisai. Ketika mendekati sasaran, perisai itu diambangkan di atas permukaan air, dan begitu mendekati jarak tembak diangkat bersamaan dengan teriakan perang.
Di kegelapan malam, cara demikian menimbulkan kesan yang menakutkan bagi musuh. Hal ini membuat moral pasukan Belanda menyusut. Prediger, Pejabat Belanda di Minahasa memerlukan waktu untuk menyusun kembali pasukannya, hingga bala bantuan pasukan didatangkan bersamaan dengan perlengkapan militer
Editor : Prayudianto