TUBAN, iNewsTuban.id - Dimasyarakat pedesaan merawat kambing dan sapi merupakan pekerjaan sambilan yang menghasilkan. Hanya sayangnya sebagian besar masyarakat kurang serius dalam mengembangkan usaha hewan ternak itu. Tidak heran jika warga belum menikmati hidup sejahtera dari merawat hewan rajakaya. Karena dianggap sebatas ‘samben’ maka hasil yang didapatkannya pun tidak bisa maksimal.
Fenomena itu memantik rasa prihatin Hartomo, warga Desa Ngino, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Dirinya membuktikan jika mau merawat kambing atau sapi dengan sungguh-sungguh akan memberikan cuan menggiurkan.
“Sebenarnya warga bisa memaksimalkan beternak kambing untuk bisa hidup lebih sejahtera. Sayangnya selama ini mereka menganggap jika merawat kambing dan sapi hanya sambilan. Ternak mereka hanya ditaruh kandang, dikasih makan sekedarnya sehingga hasil yang diperoleh tidak bisa optimal,”ujar pria ramah ini.
Hartomo peternak kambing inovatif (Foto :Totok Martono)
Dari situ yang memantik tekadnya untuk melakukan inovasi budidaya kambing dengan professional. Ditahun 2021 pria 42 tahun ini mulai merintis usaha ternak kambing. Jenis kambing gibal lokal menjadi pilihannya. Untuk uji coba dirinya membeli kambing 9 ekor. 8 ekor betina dan 1 ekor jantan. Untuk kandangnya dirinya membuat kandang panggung dipekarangan belakang rumahnya. Kandang panggung dipilih karena selain efesien tempat juga mudah dalam pembersihan.
Untuk teknik beternak kambing profesinal Pria yang juga Ketua Pengelola Wisata Sendang Asmoro ini mengaku belajar langsung dari peternak kambing sukses diluar daerah. Selain itu juga dari media youtube. beberapa bulan dia melakukan uji coba dengan membuat pakan racikan dari limbah pertanian.
“Diotak-atik sendiri. Jika sampai kambingnya keracunan atau sakit karena salah pakan, ya itu resiko,”ujarnya sambil tertawa lepas. Kenyatannya selama satu tahun merawat kambing dengan memberi pakan racikan tadi, semua kambingnya pada sehat, perkembangannya lebih cepat dibanding dengan merawat secara tradisional. Menginjak dua tahun,dari 9 kambing bisa berkembang menjadi 25 ekor.
Dipaparkan Hartomo, jika pakan racikan hasil olahannya sudah mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan dan kesehatan kambing. “Pakan kambing itu harus mengandung serat, karbohidrat dan lemak. Semua kebutuhan tadi sudah tercukupi dari limbah pertanian,” ujar pria yang juga tokoh masyarakat Ngino itu.
Untuk serat bisa diambil dari limbah pertanian seperti jerami, daun-daunan dan lannya. Sedang untuk karbohidrat diambil dari daun singkong dan untuk lemak berasal dari bungil kacang tanah. Semua bahan pakan limbah pertanian tadi prosesnya dijemur hingga kering dan kemudian digiling lembut.
Terobosan inovatif Hartomo itu memikat simpati dari Dinas Perhutani Tuban dan Dinas Pertanian Kabupaten Tuban. Dinas Perhutani kemudian memberikan lahan untuk tempat kandang merawat kambing. Sedang Dinas Pertanian memberikan bantuan mesin giling pakan.
Kambing gemuk dan sehat dengan pakan racikan olahan sendiri (Foto:Totok Martono)
Di lahan Perhutani yang luasnya ¼ hektar, Hartomo kemudian membuat kandang panggung.Kandang dibentuk dua banjar. Setiap banjar kandang dibuat sekatan yang diisi 6 ekor kambing yaitu 5 ekor kambing betina dan 1 pejantan.
Terbukti sukses budidaya kambing dengan cara professional menjadikan warga banyak yang terpikat. Banyak yang ingin belajar pada Hartomo agar bisa sukses budidaya kambing.
Karena banyaknya warga yang ingin merawat kambing itu, akhirnya atas binaan Penyulih Kehutanan Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Bojonegoro, dibentuk kelompok peternak Kelompok Tani Hutan Sukun Makmur. “Semua peternak tadi merupakan anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) yang menggarap lahan perhutani di Desa Ngino,” papar Hartomo. Dirinya bersyukur saat ini telah terbentuk 5 kelompok dengan jumlah anggota 25 orang.
Karena perjuangan Hartomo itu KPH Sukun Makmur mendapat penghargaan Wana Wiyata Widyakarya 2024 dari Dinas Perikanan dan Peternakan Tuban dan menjadi percontohan peternak cara modern di Kabupaten Tuban. Hartomo juga diundang diacara Temu Karya KTH Sejawa Timur tahun 2024.
Hartomo menunjukkan pakan racikan hasil olahannya (Foto :Totok Martono)
Editor : Prayudianto