Seni Cokekan Bojonegoro Masih Lestari Hingga Kini

Bojonegoro, iNewsTuban.id - Seni cokekan walau semakin hilang pamornya, ternyata masih banyak ditemui diberbagai acara hajatan atau perayaan.
Di kota Bojonegoro kesenian tradisional yang merupakan miniature dari grub karawitan ini tidak hanya digelar di daerah pedesaan, namung juga sering pentas diperkantoran pemerintahan atau swasta untuk memeriahkan acara.
Masih seringnya seni cokekan pentas diberbagai tempat itu dibenarkan Suparji pimpinan Sanggar Cokekan Rengganis. Selama belasan tahun menggeluti dan merawat seni cokekan dirinya mengaku tidak pernah sepi job tanggapan.
“Job tanggapan biasanya ramai dibulan baik dimana banyak orang menggelar hajatan ngunduh mantu dan khitan. Seperti bulan Agustus,September dan Oktober,” ujar warga Desa Kolong, Kecamatan Ngasem Bojonegoro ini.
Selain acara hajatan, job pentas biasanya juga datang dari berbagai instansi ditingkat Kecamatan hingga kabupaten. Dalam sebulannya Sanggar Cokekan Rengganis biasanya mendapat 10-15 job tanggapan.
Seni cokekan masih bertahan, menurut Suparti tidak lepas karena seni cokekan tidak beda jauh dengan seni karawitan. Seni cokekan juga menyuguhkan gending dan tembang-tembang jawa.
Hanya saja alat musik yang digunakan lebih sedikit jumlahnya. Sinden pengiringnya pun hanya satu atau dua. Begitu pula dengan tarif jauh lebih murah.
Untuk sekali pentas dengan durasi waktu sekitar 3 jam, tarif tanggapan hanya sekitar Rp 2 juta.
Tidak heran jika banyak masyarakat yang masih suka menanggap cokekan untuk memeriahkan kegiatan.
Di seni cokekan hanya terdapat empat jenis alat music yaitu kendang, siter, kendher dan slenthem yang mengiringi sinden membawakan tembang-tembang jawa.
Seni cokekan tidak hanya memberikan hiburan namun juga memiliki nilai edukasi dari rangkaian tembang-tembang jawa yang dibawakan.
“Kalau dirasakan benar, tembang-tembang jawa mengandung pesan moral yang luhur dan adiluhung seperti budi pekerti, gotong royong dan nilai-nilai budaya lainnya,” terang Suparji yang selalu membawakan kendang dalam setiap pentas cokekan itu.
Masih menggeliatnya seni cokekan sendiri ditambahkan Suparji tidak lepas dari besarnya perhatian Pemkab Bojonegoro dalam bentuk pembinaan terhadap seni tradisional ini. Di even-even khusus seni cokekan senantiasa diberikan ruang untuk pentas.
“Walau tidak memberikan bantuan berupa dana, namun diberikan jib manggung sudah merupakan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri untuk para seniman cokekan,” ujar Suparji yang juga sesepuh seniman Bojonegoro ini.
Editor : Prayudianto