get app
inews
Aa Text
Read Next : Festival Kalang 2025, Mengenal Suku Kalang dan Jelajah Makam Suku Kalang di Nganget Bangilan

Warisan Abadi Kerajaan Mataram, Benarkah Asal Usul Kalender Jawa di Zaman Sultan Agung

Selasa, 19 Agustus 2025 | 16:27 WIB
header img
Kalender Jawa pertama kali diterapkan oleh Sultan Agung untuk menyatukan masyarakat Mataram. (Foto: Ist)

MALANG, iNewsTuban.id - Asal usul penggunaan kalender Jawa yang pertama kali dikembangkan saat Sultan Agung memimpin Kesultanan Mataram. Pada masa itu, Mataram menjadi kerajaan besar yang pengaruhnya meluas hingga ke wilayah timur Pulau Jawa.

Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrokusumo merupakan raja ketiga Mataram setelah Panembahan Senopati dan Pangeran Hanyakrawati. Dia dikenal sebagai pemimpin yang sukses membesarkan Mataram secara politik, militer dan budaya.

Kalender Jawa: Perpaduan Hijriah dan Saka

Kalender Jawa diciptakan Sultan Agung sebagai upaya menyatukan masyarakat Mataram yang beragam. Kalender ini menggabungkan sistem kalender Hijriah yang digunakan umat Islam pesisir dengan kalender Saka Hindu-Buddha yang dianut masyarakat pedalaman.

Hasilnya adalah kalender Jawa Islam, dimulai dari bulan Suro, yang menjadi simbol persatuan budaya antara pesisir dan pedalaman. Inovasi ini sekaligus memperkuat identitas rakyat Mataram.

Sultan Agung bukan hanya tokoh budaya, tapi juga pemimpin yang gigih melawan kolonialisme. Dalam buku Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II, Peri Mardiyono menulis bahwa Sultan Agung pernah menyerang VOC di Batavia.

"Ketika VOC mengirim utusan ke Mataram pada 1614, Sultan Agung menolak mentah-mentah tawaran kerja sama," tulis Mardiyono dalam bukunya dikutip Jumat (27/6/2025).

Namun krisis pangan akibat perang berkepanjangan dengan Surabaya pada 1618 membuat Sultan Agung mempertimbangkan pendekatan diplomatik. Pada 1621, Mataram mulai menjalin komunikasi dengan VOC, walau negosiasi gagal.

Gagal menjalin aliansi dengan VOC, Sultan Agung mencoba menggandeng Portugis untuk melawan dominasi Belanda. Usaha ini dilakukan untuk memperkuat posisi Mataram dalam menghadapi tekanan dari Surabaya dan Banten.

Pada 1622, Mataram menundukkan Sukadana di Kalimantan. Sementara pada 1636, Palembang dan sekitarnya di Sumatera juga masuk dalam wilayah kekuasaan Mataram. Sultan Agung bahkan menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Makassar, salah satu kekuatan utama di Sulawesi saat itu.

Kebesaran Mataram Tak Hanya dari Perang

Keberhasilan Sultan Agung membesarkan Mataram tidak hanya melalui perang. Dia juga dikenal memajukan pertanian sebagai ciri khas kerajaan pedalaman. Namun kebijakan ini berdampak buruk bagi perekonomian rakyat karena pelabuhan-pelabuhan utama seperti Surabaya dan Tuban dimatikan.

Akibatnya, aktivitas perdagangan menurun drastis dan rakyat Mataram terpaksa bergantung pada sektor pertanian semata.

Kalender Jawa Jadi Warisan Abadi Sultan Agung

Penggunaan kalender Jawa yang diperkenalkan Sultan Agung menjadi warisan budaya yang hidup hingga kini. Selain menjadi alat hitung waktu, kalender ini memperkuat identitas dan menyatukan keberagaman budaya Mataram.

Melalui kalender tersebut, Sultan Agung bukan hanya dikenang sebagai pemimpin besar, tetapi juga sebagai tokoh visioner yang mampu membangun peradaban melalui budaya.

Editor : Prayudianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut