Sebab itu selain melalui literasi media, Suwandi mengharapkan masyarakat dalam hal ini siswa -siswi MA Islamiyah Senori, memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan kembali pesan yang di beritakan oleh media.
“Masyarakat diharapkan untuk tidak menelan mentah-mentah secara langsung ketika menerima pesan dari media. Tetapi juga butuh penyaringan sebelum pemberitaan tersebut di konsumsi masyarakat, ini penting dikarenakan masyarkat memiliki pemikiran yang kritis dalam memahami pemberitaan di media," jelasnya.
Sementara Kepala MA Islamiyah Gatot Utuh Santoso mengatakan bahwa, jurnalis merupakan mitra strategis dalam menghadapi tuntutan zaman di era digital.Dia juga mensayangkan adanya perubahan kurikulum di dunia pendidikan dari tahun ke tahun terkadang membuat pengajaran dan pembelajaran kurang maksimal hingga membuat inkonsistensi terhadap pengajaran kepada anak didik.
MoU Suara Data dengan MA Islamiyyah Senori. (Foto : Ist)
"Sekarang tahun 2022 kurikulum merdeka belajar baru persiapan. Namun, kami tidak tahu tahun 2024 sudah ada pergantian kepemimpinan (menteri) apakah mau di rubah?," ujar Gatot Utuh Santoso
Menurut Utuh sapaan akrab Gatot Utuh Santoso hadirnya profesi wartawan secara umum di Indonesia khususnya yang bernaung di PWI bisa menjadi katalisator antara pemangku kepentingan dengan dunia pendidikan dalam mengurangi persoalan berubah-ubahnya kurikulum pendidikan.
"Disini peran wartawan bisa menjadi kontrol sosial serta menjadi penengah yang solutif ditengah persoalan yang ada," tambahnya.
Editor : Prayudianto