TUBAN, iNewsTuban.id – Untuk melatih siswa agar bisa terbang dengan menggunakan parasut, Paralayang Tuban rutin menggelar latihan setiap hari minggu di Pantai Cemara, persisnya di sebelah barat Terminal Wisata Tuban, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban (19/05/2024).
Ketua Paralayang Tuban, Masrondi mengatakan, latihan dasar untuk pilot siswa tersebut memang ada latihan dasarnya, tanpa melakukan latihan dasar, maka siswa tidak akan bisa terbang dengan memakai parasut dengan baik.
“kita ini latihan dasar jadi pilot siswa yang baru latihan, untuk ke pilot ada proses latihan dasar yang harus dilalui,” ujar Masrondi saat ditemui di Pantai Cemara kemarin.
Masrondi menambahkan, latihan dasar ada dua tehnik yaitu tehnik Alpine dan tehnik reves. Tehnik Alpine adalah tehnik membelakangi payung, sedangkan tehnik Reves adalah tehnik menghadap ke payung.
“latihan dasar tehniknya ada dua, tehnik Alpine dan Reves, Reves itu menghadap ke payung kemudian Alpine membelakangi payung, sehingga kita butuh untuk siswa bagaimana kita bisa merasakan keseimbangan payung ketika mengembang,” imbuhnya.
Latihan dengan tehnik Alpine dan Reves dibutuhkan siswa agar siswa bisa merasakan keseimbangan saat payung mengembang.
Sementara itu untuk Lokasi latihan di Pantai Cemara, menurut Masrondi tidak ada kekurangan untuk hal angin, namun pihaknya tetap menyesuaikan dengan pengunjung Pantai, mengingat di hari minggu banyak wisatawan berwisata di Pantai Cemara, dan banyak yang menonton agenda latihan siswa Paralayang tersebut.
“Kalau kekurangan disini sebenarnya angin cukup, angin di pantai ini laminer banget, artinya cukup untuk latihan, tetapi kita yaa harus menyesuaikan dengan pengunjung, penonton dan lain sebagainya, karena banyak kondisi ada tenda ada parkir dan sebagainya,” katanya.
Sedangkan untuk melatih terbang, Masrondi juga menggunakan tehnik towing untuk menarik siswa saat terbang menggunakan parasut. Tehnik towing tersebut dengan menggunakan tali pendek dengan panjang sekitar dua atau tiga meter, agar siswa merasakan bagaimana rasanya terbang dua meter dan hal tersebut ada kesamaan ketika terbang tinggi.
“kalau terbangnya kita pakai tehnik towing, disini pakai tali, tapi kalau siswa kita pakai yang pendek-pendek saja dua meter tiga meter, biar dia bisa merasakan rasanya terbang seberapa sih terbang dua meter. rasanya itu nanti ada kesamaannya ketika kita terbang tinggi,” ungkapnya.
Tidak ada kriteria khusus bagi siswa seberapa banyak latihan agar siswa bisa segera terbang sesungguhnya. Masrondi menyatakan bahwal latihan dasar tergantung SDM, saat siswa sudah bisa membuka payung dengan sempurna dan bisa stabil lima atau sepuluh menit, maka siswa sudah bisa take off dan landing sendiri untuk terbang solo.
“kalau latihan dasar itu tergantung SDM, Ketika dia sudah mulai membuka payung sudah mulai sempurna bisa menyeimbangkan, bisa stabil lima menit saja sampai sepuluh menit maka dia sudah siap take off sendiri, take off untuk terbang solo,” ujarnya.
Latihan kemarin diisi oleh siswa yang kebetulan dari wilayah Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban. Kebetulan atlet-atlet baru yang masih pelajar SMP dan SMA tersebut, memang berdomisili berdekatan dengan Bukit Lei, Lokasi terbang Paralayang yang baru ditemukan oleh Masrondi pada tahun 2018 lalu itu.
“ini ada 6 siswa dari Grabagan, dario Daor dua dari Pakis dua, yang punya Bukit Lei, tiap minggu kita latian dasar disini,” pungkasnya.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait