Uraian pupuh XL yang hanya terdiri dari lima bait atau 20 baris itu dalam Pararaton diperluas menjadi 16 halaman, diberi judul Katuturanira Ken Arok. Sesudah itu Pararaton menyajikan uraian tentang raja-raja Singasari dan Majapahit mulai dari Anusapati pada tahun 1227 sampai Sang Mokta Ri kadaton pada tahun saka 1400 atau sekitar kurang lebih 1478 Masehi.
Secara garis besar uraian naskah kuno Pararaton dari Raja Rajasa Sang Amurwabhumi memang sejajar sekali dengan uraian Nagarakretagama pupuh XL sampai XLIX dengan tambahan fakta sejarah yang masih beredar dalam masyarakat. Sumber fakta sejarah itu masih dapat diketahui sekadarnya.
Pada akhir uraian tentang raja-raja yang bersangkutan selalu dibubuhkan tarikh mangkatnya dan candi makamnya, seperti yang dilakukan penggubah Nagarakretagama. Urutannya pun hampir mirip. Sesudah uraian tentang Raja Rajasa, menyusul uraian tentang Sang Anusapati.
Pada Nagarakretagama uraian ini ditempatkan dalam pupuh XLI. Uraian yang ditambahkan ialah bahwa Sang Anusapati mangkat akibat tusukan keris Gandring oleh Tohjaya, putra sulung Sri Rajasa lahir dari Ken Umang. Tokoh Tohjaya sama sekali tidak disebut dalam Nagarakretagama.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait