Bagi Gayatri, suaminya haruslah seseorang yang berasal dari kelas sosial ksatria seperti halnya para leluhurnya, dan juga seorang penguasa yang memiliki kepribadian dan visi yang kuat seperti ayahandanya. Mpu Triguna, seorang penyair pada masa itu, dengan jitu menyarikan bagaimana kecocokan pasangan dalam perkawinan ditentukan sesuai dengan kasta-kasta yang ada dalam masyarakat Jawa.
Mpu Triguna mencatatkan bagaimana hubungan antara Raden Wijaya dan Gayatri istri ketiganya setelah Tribhuwana dan Dara Petak, yang tak kalah cantik serta berusia masih muda.
"Aku tak perlu bicara tentang perkawinan rakyat jelata karena mereka saling bersanding atas kesepakatan bersama. Ketika yang-kaya menikahi yang-kaya, harta-emas, permata dan perak-pun harus jadi mahar."
"Seorang guru agama harus menikahi gadis brahmana. Namun, bagi seorang penguasa/kasta ksatria, yang harus ditebus adalah keperkasaan dan kemauan untuk bertempur dengan gagah berani."
Di mata Gayatri, tak seorang pun mampu memberikan contoh lebih baik seorang pemimpin yang berani kecuali kekasihnya, Raden Wijaya hingga akhirnya pada 10 November 1293, upacara penasbihan Raden Wijaya sebagai raja diselenggarakan secara sekuler, menyusul upacara penyucian beberapa hari sebelumnya yang digelar secara religius.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait