Dikesempatan itu J.F.X Hoerry yang merupakan salah satu tokoh pendiri PSJB dan juga Pembina PSJB mengatakan, PSJB terbentuk di masa Orde Baru (Orba) padahal dikala itu tidak mudah mendirikan organisasi.
“Karena itu pada akhirnya nama PSJB tidak menggunakan paguyuban atau organisasi namun menggunakan Pamarsudi yang berarti melestarikan sastra dan bahasa jawa,” ujar J.F.X Hoerry.
Pengurus dan anggota PSJB foto bareng usai acara (Foto :Totok Martono)
Sebelumnya PSJB sendiri didirikan oleh para penulis sastra jawa dari tiga kabupaten yaitu Bojonegoro, Tuban dan Lamongan. Namun banyak para pendiri yang sudah meninggal dunia.
Diantaranya Yes Ismie Surya Admadja , Jatus Pete dan Sri Setya Rahayu. Dalam perjalanannya, seiring dengan berkembangnya jaman, PSJB tidak hanya sebagai wadah penulis bahasa jawa, namun lebih luas jangkauannya. Yaitu juga merangkul para pecinta dan siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap bahasa dan sastra jawa.
Puncak dari peringatan ambal warsa ditandai dengan memotong tumpeng yang dilakukan oleh Nono Warnono dan diserahkan kepada sesepuh PSJB J.F.X Hoerry. Acara terasa lebih gayeng saat para undangan yang hadir makan bersama. Terjalin keakraban dan semangat untuk terus ngleluri adiluhungnya bahasa jawa.
Para sastrawan dan seniman yang hadir di HUT PSJB ke 43(Foto :Totok Martono)
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait