Dipicu Hukum Tawan Karang, Perang Buleleng 1846 Meletus, Belanda Akhirnya Kuasai Istana Singaraja

Avirista Midaada
I Gusti Ketut Jelantik merupakan pahlawan yang gugur saat perang Jagaraga melawan Belanda. (Foto: Istimewa)

MALANG, iNewsTuban.id - Perang Buleleng 1846 meletus setelah Raja Buleleng Gusti Jelantik menolak ultimatum Belanda terkait penghapusan hukum tawan karang dan pengakuan kekuasaan kolonial. Penolakan itu memicu invasi militer yang berujung pada pendudukan istana Singaraja.

Menjelang konflik, Gusti Jelantik memerintahkan pengerahan prajurit Buleleng dan memperkuat pertahanan di berbagai titik strategis. Senjata dan benteng disiapkan untuk mengantisipasi serangan mendadak dari pihak Belanda.

Sementara itu, Karangasem juga turut mempersiapkan pasukan demi menjaga kedaulatan wilayahnya. Ancaman perang membuat seluruh kekuatan militer Bali dalam kondisi siaga penuh.

Pada 27 Juni 1846, Belanda mengirim pasukan ekspedisi berkekuatan 1.700 personel ke Pantai Buleleng. Mereka terdiri atas 400 serdadu Eropa, 700 serdadu pribumi, 100 serdadu Afrika dan 500 pasukan bantuan dari Madura.

Selain pasukan darat, armada laut pengangkut sewaan juga dikerahkan. Karena Raja Buleleng tidak memberi jawaban atas ultimatum, Belanda segera melakukan pendaratan diiringi tembakan meriam dari kapal-kapalnya.

Prajurit Bali yang siaga di garis pantai langsung menyambut pasukan Belanda dengan perlawanan sengit. Namun, gempuran meriam memaksa pasukan Bali mundur dari pantai ke wilayah pedalaman.

Pertempuran meluas hingga ke kampung dan sawah. Satu per satu pertahanan Bali di sekitar pantai berhasil direbut Belanda. Benteng utama di Buleleng yang dipertahankan habis-habisan pada 28 Juni 1846 akhirnya jatuh ke tangan pasukan kolonial.

Kekalahan di garis pertahanan membuka jalan bagi Belanda menyerang Singaraja, ibu kota Kerajaan Buleleng. Pasukan Bali berusaha mempertahankan istana, namun kalah dalam persenjataan dan kekuatan militer.

Pada 29 Juni 1846, Istana Singaraja resmi diduduki Belanda. Gusti Jelantik dan Raja Buleleng terpaksa mundur ke Jagaraga dan akhirnya memutuskan berdamai dengan pihak kolonial.

Perang Buleleng 1846 menjadi catatan penting sejarah perlawanan Bali terhadap kolonialisme Belanda. Meski kalah secara militer, semangat juang prajurit Buleleng di bawah Gusti Jelantik menjadi simbol perlawanan rakyat Bali mempertahankan kedaulatan.

Editor : Prayudianto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network