get app
inews
Aa Read Next : Seekor Musang Sebabkan Listrik Gedung Pemerintahan Kabupaten Tuban Padam

Kesaktian Cambuk Kiai Samandiman yang Usir Lahar Kelud

Minggu, 19 Juni 2022 | 15:38 WIB
header img
Pesarean Eyang Djojodigdan di kota Blitar, Jawa Timur. (Foto : iNews/Solichan Arif)

Pernah suatu ketika lahar hendak menerjang pendopo Djojodigdan. Namun ajaib, begitu Kiai Samandiman dilecutkan, lahar panas tiba-tiba menyingkir dengan sendirinya. 

“Eyang juga rutin menggelar ritual rampogan macan sebagai tolak balak amukan Kelud,” tutur Mbah Lasiman.

Pawadiman Djojodigdo lahir 28 Juli 1827 di Kulon Progo, Yogyakarta. Dia lahir di tengah berkecamuknya Perang Jawa (1825-1830). Kartodiwirjo, ayah Djojodigdo seorang Adipati Nggetan, Kulon Progo yang bergelar Raden Mas Tumenggung (RMT). RMT Kartodiwirjo berpihak kepada Diponegoro, dan bahkan turut bergerilya.

Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda membuat karir Kartodiwirjo di pemerintahan berakhir. Sebagaimana nasib pengikut Diponegoro yang lain. 

Kolonial Belanda juga memburunya. Pawadiman Djojodigdo yang masih berumur belasan tahun, tumbuh mandiri. Dia menempa diri dengan menempuh laku riyadhoh (tirakat) serta berkelana. Dia berguru kepada orang–orang yang memiliki kemampuan spiritual termasuk kepada Eyang Jugo atau Mbah Jugo.

Eyang Jugo atau Mbah Jugo tak lain dari Raden Mas Suryo Diatmojo, putra Kiai Zakaria, ulama besar Kraton Yogyakarta. Ada juga yang memanggil Mbah Jugo dengan sebutan Kiai Zakaria II. 

Mbah Jugo juga salah satu pimpinan pasukan laskar Diponegoro yang terpaksa menyamar untuk menghindari kejaran.

Nama Jugo perolehnya saat masih bermukim di Desa Jugo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Dalam Riwayat Ejang Djugo Panembahan Gunung Kawi (Terbit 1954), Im Yang Tju menulis : nama Jugo berasal dari kata Sajugo (menyatu). Dia kemudian hijrah sekaligus menetap di lereng Gunung Kawi, Malang, ditemani Mbah Iman Soejono putra angkatnya.

“Eyang Jugo merupakan guru Eyang Djojodigdo,” ucap Mbah Lasiman.  

Djojodigdo mendengar Blitar sebagai kawasan yang gawat. Para begal, kecu, perampok sakti berkeliaran di mana-mana. Para punggawa Kadipaten Blitar kewalahan. Melihat itu Eyang Djojodigdo menawarkan diri kepada Bupati Blitar Kanjeng Adipati Warso Koesoemo, mengatasi gangguan keamanan yang terjadi.

Editor : Prayudianto

Follow Berita iNews Tuban di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut