TUBAN, iNewsTuban.id – Ribuan warga Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, tampak khusuk berdoa di musholla komplek atau kawasan makam Mbah Jabbar, Nglirip, Singgahan, Tuban.
Dipimpin seorang kyai, selesai berdoa atau tahlil bersama, warga kemudian saling menukar makanan antara warga satu dengan warga yang lainnya. Begitu gambaran kearifan warga Desa Mulyoagung dalam memaknai bentuk rasa syukur atas limpahan berkah dari Allah SWT selama ini.
Ketua Pokdarwis wisata Air Terjun Nglirip, Singgahan, Tuban mengatakan, sedekah bumi tersebut adalah kegiatan rutin warga setiap bulan Syuro sebelum haul, sedekah bumi doa bersama dan juga mendoakan Wali Allah Mbah Abdul Jabbar, dan juga mendoakan ahli kubur yang sudah meninggal.
“acara sedekah bumi, kalau dulu orang bilang manganan-lah, sekarang sudah dikemas syar’i dikemas islami, jadi sekarang sedekah bumi, untuk kegiatannya yaa se-Desa Mulyoagung itu hampir lima puluh persen atau tujuh puluh persen itu bawa ambeng, bawa ayam panggang, tahlil bersama kemudian bagi bagi sodakoh tadi berupa makanan, tukar menukar makanan,” katanya.
Dalam ritual sedekah bumi yang dulu kerap dinamakan “mangan” itu, setiap warga membawa makanan masing-masing berupa “ambeng” yang berisi ayam panggang dan makanan-makanan khas desa lainnya. Setelah doa bersama, “ambeng” tersebut kemudian ditukar dari warga satu kepada warga lainnya, sebagai bentuk rasa Syukur.
“yaa satu itu kan semacam rutian setiap tahun, jadi rutinan setiap bulan syuro sebelum haul itu acara sedekah bumi disitu doa bersama yaa satu mendoakan Wali Allah Mbah Abdul Jabbar kemudian ahli kubur yang sudah meninggal baik itu dimakamkan disitu maupun dimakamkan yang lain, kan bentuk dari doa bersama tadi dipimpin oleh bapak kyai disana pak Kyai Nurkamal di musholla di pelataran komplek makam,” imbuhnya.
Multazam menjelaskan, ribuan orang berdatangan untuk saling mendoakan agar keberkahan selalu datang untuk warga Desa Mulyoagung. Ia juga mengatakan kalau haul Mbah Jabbar dijadwalkan pada tanggal 23 juli, dengan mendatangkan Gus Ali dari Tulangan Sidoarjo, bersama KH Abdul Matin dan Gus Ubaidillah Faqih dari Langitan.
“makna dari sedekah bumi itukan rasa syukur jadi warga Desa Mulyoagung itu sudah mempunyai kepercayaan sejak dulu, jadi pertama sedekah bumi itu dimulai dari Nglirip hari senin terus kemisnya di Mbah Jabba, terus seninnya lagi di tempat tempat tertentu, jadi itu tradisi sejak turun menurun, jadi sedekah itu bentuk rasa syukur, jadi orang yang berjualan atau yang merasa apapun di Nglirip itu kan pasti datang disini , bentuk dari rasa syukur tadi membawa makanan untuk dibagikan,” jelasnya.
Sementara itu, Nglirip berasal dari kata “Ngeli golek urip”, artinya mengalir mencari hidup dan kehidupan. Dulu sebelum ada Desa Mulyoagung, kawasan desa tersebut dikenal sebagai Jojogan, yang artinya jujugan orang dari mana saja. Sedangkan nama Kecamatan Singgahan adalah karena daerah tersebut adalah tempat singgah pasukan Belanda waktu itu, sebelum dikirim ke desa-desa atau kecamatan-kecamatan lainnya di pelosok Tuban.
“Nglirip itu berasal dari kata “Ngeli golek urip”, Jojogan itu sebelum nama Mulyoagung kan Jojogan, jadi Belanda itu sebelum membagi tugas ke desa-desa atau kecamatan-kecamatan lainnya itu njujugnya disini, makanya napak tilas atau bangunan bekas-bekas dari bangunan Belanda masih banyak disini, diatas itu ada kamar mandi peninggalan Belanda, Jojogan itua tempat jujugan, Singgahan artinya tempat singgah, Nglirip melu Ngeli golek urip, kalua diartikan yaa tadi, mencari kehidupan di Nglirip,” pungkasnya.
Editor : Prayudianto