Gubuk Renta Marsinah: Jejak Perjuangan yang Nyaris Terlupakan

NGANJUK, iNewsTuban.id - Di sebuah jalan sunyi di Dusun Jegong, Desa/Kecamatan Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur, sejarah pernah berteriak pilu melalui tubuh seorang perempuan muda bernama Marsinah. Namun, di tempat itulah pula, sejarah hampir dikubur bersama ingatan kita semua. Lokasi penemuan jasad Marsinah, seorang buruh perempuan yang menjadi simbol perjuangan hak-hak pekerja, kini nyaris terlupakan, tertutup ketidakpedulian dan tergerus zaman, yang tersisa hanyalah bisikan lirih dari mereka yang masih peduli, berusaha agar tempat itu tidak terhapus dari peta ingatan kita, terutama warga Nganjuk.
Marsinah bukan sekadar nama, ia adalah nyawa dari perlawanan terhadap ketidakadilan. Pada 9 Mei 1993, jasadnya ditemukan di sebuah gubuk di pinggir jalan yang kanan kirinya dipenuhi tanaman tebu, setelah sebelumnya menghilang usai memperjuangkan hak-hak buruh di PT Catur Putra Surya, Porong, Sidoarjo. Tubuhnya penuh luka yang tak terlihat, menunjukkan jejak penyiksaan yang brutal. Kita semua gagal melindunginya, dan bahkan sampai hari ini, kasusnya tenggelam seperti pabrik tempat kerjanya yang dilahap lumpur Lapindo.
Ironisnya, tempat ditemukannya jasad Marsinah, yang semestinya menjadi monumen diam bagi ingatan kita akan keberanian dan keteguhan, justru perlahan terhapus dari kesadaran publik. Tak ada penanda sejarah yang layak. Tak ada narasi resmi yang menjaganya tetap hidup di tengah masyarakat, yang ada hanyalah sawah, keangkuhan kita, dan waktu yang terus berlalu.
Namun di tengah keheningan itu, hadir sekelompok yang menolak lupa: Kotasejuk (Komunitas Sejarah dan Ekologi Nganjuk). Mereka menapak kembali lokasi penemuan jasad Marsinah, dengan niat tulus, mereka berusaha menyelamatkan tempat itu sebagai lokus sejarah, titik penting dalam perjalanan bangsa yang tak boleh dipinggirkan. Kotasejuk melakukan perbaikan, pembersihan, hingga memberi tanda agar semua yang melintas tahu dan menghidupkan kembali ingatan tentang Marsinah.
Editor : Prayudianto