Sanggar Abdi Dalem Suguhkan Ketoprak 'Sumilaking Mendhung Majapahit ‘di Geopark Bojonegoro

Bojonegoro, iNewsTuban.id -Pagelaran ketoprak dengan lakon Sumilaking Mendhung Majapahit” yang dibawakan oleh Sanggar Seni Teater Tradisi Abdi Dalem binaan Yanto Munyuk menjadi gong dalam Festival Geopark Bojonegoro, Sabtu malam (28/6). Ratusan penonton yang memadati wisata Kayangan Api cukup terhibur dengan lakon ketoprak berdurasi 2,5 jam itu.
“Banyaknya penonton yang datang menunjukan bahwa pertunjukkan seni tradisi masih mendapat tempat dihati masyarakat, “ kata Suyanto,S.Pd atau Pak Dhe Yanto Munyuk.
Dirinya juga mengapresiasi totalitas para pemain sehingga bisa membawakan lakon dengan apik. Pak Dhe Yanto sempat meneteskan air mata dengan para anak asuhnya yang memilih menggeluti seni tradisi hingga mampu terjun berkarya seni.
Lakon ketoprak Sumilaking Mendung Majapahit tersuguhkan dengan elok tidak lepas dari sosok dibalik panggung yang sudah cukup mumpuni didunia seni tradisional. Naskah dan Sutradara dikerjakan oleh Pakdhe Yanto Munyuk, Asisten Sutradara Gempur Wicaksono, Penata Iringan Sumari, Asisten Alfian Darnayana,
Selain sebagai penulis naskah dan sutradara Pak Dhe Yanto juga turut bermain membawakan paraga Ki Rembi (Rajarsi Rembi) Padhelokan Bedander. “Untuk penulisan naskah ketoprak hanya butuh waktu dua jam. sedang latihannya hanya butuh waktu sekitar dua malam,” ujar bapak tiga anak beristrikan Dra.Siti Yuheni itu.
Para pemain ketoprak yang berjumlah 55 orang semuanya merupakan anggota tetap Sanggar Seni Teater Tradisi Abdi Dalem yang beralamat di . Dusun Mindi,Desa Sugihwaras, Rt 25 RW 3, Kecamatan Sugihwaras, Kab.Bojonegoro,mulai dari aktor, crew stage, juru rias dan busana, serta pengrawit. Mayoritas dari pemain merupakan pelajar dan mahasiswa.
“Tidak ada kesulitan berarti selama latihan karena para pemain sudah terlatih. Mereka sudah bertahun-tahun belajar seni tradisi di sanggar Abdi Dalem. Selain juga sudah sering pentas membawakan ludruk dan ketoprak maupun wayang wong thengul ’ ujar Pak Dhe Yanto.
Uniknya selama pertunjukan ketoprak, para pemain tidak harus terpaku pada dialog. Mereka sudah dibiasakan berimprovisasi dalam adegan. Sedang untuk kostum pemain semuanya sudah disediakan oleh Sanggar Abdi Dalem. “Untuk kostum ketoprak, ludruk, wayang wong dan lain-lain, Alhamdullilah saya punya koleksi lengkap. Sudah saya rintis selama15 tahun,” ujar lulusan D2 Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatika (STKW) Surabaya jurusan Tari tahun 1994 ini.
Untuk adegan perang menurut Pak Dhe Yanto juga tidak membutuhkan latihan khusus karena mayoritas para pemain laga sudah membekal basic bela diri dari berbagai aliran perguruan silat.
“Meski berbeda-beda perguruan silat, selama bernaung di Sanggar Abdi Dalem, semuanya selalu guyup rukun seperti saudara. Ternyata dari berkesenian bisa menjadi perekat persatuan, “ ujar Pak Dhe Yanto bangga.
Sanggar oleh Sanggar Seni Teater Tradisi Abdi Dalem didirikan sekitar 8 tahun lalu oleh Pak Dhe Yanto dirumahnya. Ditempat ini setiap harinya puluhan pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum nyantrik dan gladhen berbagai jenis kesenian tradisional dari gamelan, ludruk, ketoprak, wayang thengul, gamelan, ngremo, ngidhung, pranatacara,nulis naskah, sutradara dan lainnya.
Saking lengkapnya, sanggar Abdi Dalem juga disebut sebagai Laboratorium Seni Tradisi. “Tidak dipungut biaya serupiahpun. Bisa belajar dari nol hingga taraf professional,” ujar pria kelahiran 15 Agustus 1963 itu.
Editor : Prayudianto