Bojonegoro, iNewsTuban.id – Dibalik Haul KH Ali Machrus Bin Syech Abdurrohman (Santren Mbalong) yang digelar tak jauh dari makamnya yang berlokasi tepat dipinggir Sungai Bengawan Solo, Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, terdapat kisah menarik yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Tim dari iNewsTuban.id yang mengikuti kegiatan Haul tersebut mendapat cerita menarik dari salah satu Duriyah Mbah KH Ali Machrus. Sebelum puncak kegiatan haul digelar, tim tim berkesempatan mengunjungi salah satu Duriyah Mbah KH Ali Machrus, yakni Achmad Muslih.
Kepada awak media Achmad Muslih mengatakan bahwa KH Ali Machrus adalah tokoh pertama yang masuk ke Desa Kedungprimpen, dan menyebarkan agama Islam pertama di Desa Kedungprimpen.
Menurut cerita dari warga sekitar, sebelum Mbah Mbah Ali Machrus masuk ke Desa Kedungprimpen, desa tersebut terkenal dengan desa yang masih jahiliyah dan tak mengenal agama sekalipun. Ketika Mbah Ali Machrus masuk ke desa tersebut, barulah warga Desa Kedungprimpen mengenal agama Islam.
Ada juga warga yang mengisahkan, bahkan Mbah Ali Machrus konon merupakan pasukan Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan pendudukan Belanda di tanah Jawa. Saat Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda dan diasingkan keluar daerah, banyak pasukan yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro menyebar dan bergerak secara gerilya ke desa-desa yang jauh dari pantauan Belanda. Termasuk Mbah Ali Machrus yang berpencar dari pasukan lainnya dan akhirnya bermukim di Desa Kedungprimpen, yang berada di pinggir Sungai Bengawan Solo.
Mbah Ali Machrus lahir kisaran tahun 1792, dan masuk ke Desa Kedungprimpen tahun 1825 setelah Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda. Mbah Ali Machrus memiliki beberapa putra dan putri, dan Sebagian putranya ada yang jadi pendekar.
“Matrawi pendekar, Mbah Dul pendekar, mbah Dul niku pendamelane berjuang untuk masyarakat, ngrampok nggene cino terus hasile di dum nang masyarakat,” ucap Achmad Muslih dalam Bahasa Jawa dikediamannya.
Mbah Dul niku senjata tajam mboten mempan, senjata api mboten mempan,” ungkapnya meneruskan.
Mbah KH Ali Machrus adalah seorang pendiri Islam di Kedungprpimpen, masuk ke Kedungprimpen kisaran tahun 1825. Di Desa Kedungprimpen, Mbah Ali Machrus mendirikan pondok, dan Pondok Pesantren peninggal Mbah Ali Machrus tersebut hingga saat ini masih ada dan terawat dengan baik.
Bangunan Pondok Pesantren Mbah Ali Machrus tersebut terbuat dari kayu, masih utuh hingga saat ini, dan lokasinya saat ini berada di sebelah timur Masjid desa setempat. Santri-santri yang menimba ilmu agama Islam di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin tersebut, saat ini banyak yang berasal dari Merakurak, Kenduruan, Kabupaten Tuban, dari Bojonegoro dan juga dari Blora, Jawa Tengah.
“saya adalah generasi ke lima, canggah, Mbah Ali Machrus dulu datang dari Raci Rembang, datang kesini langsung membuat pondok di Kedungprimpen, sebutannya pondok nduri, kagungan putro 6,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu perwakilan Duriyah Mbah Ali Machrus dari Waru, Rembang, Jawa Tengah, Zakariya Al Anshori turut hadir dalam rangka Haul Mbah Ali Machrus tersebut. Zakariya juga baru saja mengetahui bahwa Mbah Ali Machrus adalah duriyah dari Mbah Abdurrohman Waru, Rembang Ketika mendapatkan informasi tersebut dari Desa Kedungprimpen, karena selama ini kepaten obor atau terputus tali sillaturrahmi.
“kulo saking Rembang, niki kawulo sak rombongan hormat takdim duriyahipun mbah Ali Machrus keranten ada hubungan mbah Ali Machrus dengan duriyah duriyah yang ada di Rembang, mbah Abdurrohman, ketemu dulur mbah Abdurrohman Waru,” ujarnya.
Pihaknya saat ini mengaku senang karena bertemunya saudara-saudara yang dahulunya sama-sama berjuang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Banyak pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro yang saat itu berpencar satu sama lain untuk meneruskan perjuangan Pangeran Diponegoro, perjuangan demi kemerdekaan Indonesia dan perjuangan di jalan penyebaran agama Islam.
“niki nembe mawon diurut-urut kok ketemu putronipun mbah Durrohman, mbah Ali Machrus niki kepaten obor, kulo nembe mawon nyambung ngumpulke balung pisah, saget silaturrahmi kagungan midulur kathah mgi-mugi saget dados barokahipun kekeluargaan dunia akhirat,” kata Zakariya Al Anshori kepada awak media.
Setiap tahun, Haul KH Ali Machrus diperingatai setiap malam Jum'at Legi di bulan Muharram. KH Ali Machrus adalah salah satu penyebar agama Islam di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro.
Dalam rangkaian Haul KH Ali Machrus kemarin, pertama adalah Sholawat Al-Banjari dari Grup Ar-Rohmat. Kemudian pembacaan Ayat Suci Al Qur’an oleh Ustadz Ahmad Zuhdi Syuhada’, yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan kalimat Tahlil oleh KH Ahmad Mu’in.
Sambutan dari perwakilan sesepuh Dzuriyah Mbah KH Ali Machrus dari Desa Kedungprimpen yaitu KH Achmad Muslih, kemudian sambung sanak oleh Dzuriyah Syeh Abdurrohman, Waru, Rembang, KH Zakariya Al Anshori.
Di acara puncak yaitu Mau’idhoh Hasanah, dan sekaligus doa penutup oleh KH Zainal Anshori.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait