DUBAI, iNewsTuban.id – Masjid Jumeirah menjadi salah satu tempat yang berkesan bagi saya saat mengunjungi Dubai, Uni Emirat Arab. Saya yang seorang Katolik, bisa belajar mengenal Islam di masjid yang dikelola SMCCU (Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum Centre for Cultural Understanding) itu.
Masjid Jumeirah Dubai merupakan satu dari sedikit masjid di UEA yang terbuka bagi non-Muslim dan simbol keterbukaan dan dialog lintas budaya. Sesuai filosofi dan fokus programnya “Open Doors Open Minds, masjid ini membuka pintu bagi turis dari berbargai latar belakang agama, memberi kesempatan untuk berinteraksi dan bertanya apa saja seputar Islam kepada pemandu.
Masjid yang dibuka pada tahun 1979 ini terinspirasi oleh visi Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden dan Perdana Menteri UEA serta penguasa Dubai. SMCCU punya misi untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman budaya di antara berbagai komunitas UEA yang berasal dari berbagai negara.
Masjid Jumeirah Dubai, UEA. Masjid ini terbuka bagi non-Muslim dan simbol keterbukaan dan dialog lintas budaya. (iNews.id/Maria Christina Malau)
Saya bersama dua jurnalis mengunjungi Masjid Jumeirah yang berlokasi di kawasan bersejarah Al Fahidi, salah satu area tertua di Dubai, akhir April lalu. Bagaimana ceritanya?
Dibangun dengan Arsitektur Famitiyah
Sebelum ikut tur di Masjid Jumeirah pada Selasa pagi 22 April 2025 lalu, kami terlebih dulu registrasi 30 menit sebelumnya. Harga tiket tur AED 40 per orang. Ini sudah termasuk kopi Arab, kurma, dan luqaimat, donat ala Emirati yang manis. Kami menikmatinya di area ruang tamu sambil menunggu tur dimulai.
Peserta tur wajib berpakaian sopan di sini. Untuk perempuan, bawalah kain penutup kepala atau scarf. Kalaupun lupa, bisa meminjam kerudung hingga abaya di sini. Sebelum masuk masjid, sepatu atau sandal juga harus dilepas.
Editor : Prayudianto
Artikel Terkait